Assalamualaikum Wr. Wb

Jumat, 04 Mei 2012

Prosedur Pemulihan BIOS


U pdate
 Pada 2010/01/04 prosedur Pemulihan bagi anda yang memiliki Uji Kelompok Aksi Bersama (JTAG) port, misalnya. JTAG, EJTAG, TJTAG dll Cara untuk mengidentifikasi apakah Anda memiliki salah satu port ini dan bagaimana membangun kabel sederhana yang terhubung ke komputer Anda bekerja dan reflash BIOS chip mati.Untuk saat ini hanya link ke wikipedia, tapi nggak khawatir Anda wont perlu salah satu perangkat yang mahal untuk menghubungkan ke couse, komputer kerja ini hari saya successfuly pulih papan bata dengan EJATG port menggunakan kabel ini sederhana. 


http://en.wikipedia.org/wiki/Joint_Test_Action_Group HP BIOS PemulihanUpdate: Boot-Blok Jumper http://rapidshare.com/files/149466379/Boot_Block_Jumper.pdf Ini adalah PHLASH16 terbaru aku bisa menemukan: http://rapidshare.com/files/156744719/phlash16_1.6.5.4. rar.html Alat disediakan oleh @ offon7544 Berikut adalah Arsip dengan semua file yang dibutuhkan dan Cara untuk Phoenix Recovery BIOS.

=>; Metode 1. http://www.box.net/shared/j2u98ci67f

Cara:
1. Gunakan HP USB Disk Storage Format Alat dengan file MiniDOS untuk membuat Bootable Anda. Flopy, USB flopy, USB Flash Drive (Flash Drive bekerja dalam kasus belakang) Ketika menciptakan Floppy boot, pilih dari Folder Options untuk melihat file hiden dan sistem dan menghapus atau mengubah nama file config.sys jika ada. couse kita perlu DOS dengan tidak ada program tambahan yang dimuat, yang dapat mengganggu pengoperasian aplikasi flash BIOS.

2. Salin semua file dari Rescue untuk Anda: flopy, Stick USB, USB flopy.

3. Ubah nama berkas BIOS untuk bios.wph dan menyalinnya ke Anda: flopy, Stick USB, USB flopy.

4. Lepaskan baterai, cabut komputer dari kekuasaan.

5. Tahan: Fn + B atau WinKey + B (Pada + Fn beberapa baru Acer Laptop Esc dan + Fn beberapa baru Fujitsu Siemens Laptop F) dan sambil memegang steker komputer dalam kekuasaan (jangan pasang baterai) dan Pres daya tombol.

6. Sekarang Anda harus mendengar kerja hard flopy, tahan tombol untuk sementara dan kemudian melepaskannya.

7. Leve komputer selama minimal 10 menit. dan jika komputer tidak restart diri menghidupkan daya ke bawah.

8. Pasang baterai dan sorce kekuasaan dan jika semuanya berjalan OK shold komputer mulai normaly. Catatan:. Prosedur ini untuk Phoenix `es BIOS saja dan dalam beberapa kasus USB Stick mungkin tidak bekerja .

=>; Metode 2 http://rapidshare.com / files/105952250/Metod_2.rar 

Cara:

1. Klik pada Phoenix_Crisis_Recovery.exe membuat: flopy, USB flopy. Ketika membuat Floppy boot, pilih dari Folder Options untuk melihat file hiden dan sistem dan menghapus atau mengubah nama file config.sys jika ada. couse kita perlu DOS tanpa tambahan program yang dimuat, yang dapat mengganggu pengoperasian aplikasi flash BIOS.

2. Salin semua file dari Rescue untuk Anda: flopy, USB flopy.

3. Ubah nama berkas BIOS untuk bios.wph dan menyalinnya ke Anda: flopy, USB flopy.

4.Lepaskan baterai, cabut komputer dari kekuasaan.

5. Tahan: Fn + B atau WinKey + B (Pada + Fn beberapa baru Acer Laptop Esc dan + Fn beberapa baru Fujitsu Siemens Laptop F) dan sambil memegang steker komputer dalam kekuasaan (jangan pasang baterai) dan Pres daya tombol.

6. Sekarang Anda harus mendengar kerja hard flopy, tahan tombol untuk sementara dan kemudian melepaskannya.

7. Leve komputer selama minimal 10 menit. dan jika komputer tidak restart diri menghidupkan daya ke bawah.

8. Pasang baterai dan sorce kekuasaan dan jika semuanya berjalan OK shold komputer mulai normaly. Catatan: Prosedur ini untuk Phoenix `es BIOS saja dan dalam beberapa kasus USB Stick mungkin tidak berhasil.

=.>; Metode 3. http://rapidshare.com / files/105952818/Metod_3.rar 

Cara:

1. Gunakan HP USB Disk Storage Format Alat dengan file MiniDOS untuk membuat Bootable Anda. Flopy, USB flopy, USB Flash Drive (Flash Drive bekerja dalam kasus belakang) Ketika menciptakan Floppy boot, pilih dari Folder Options untuk melihat file hiden dan sistem dan menghapus atau mengubah nama file config.sys jika ada. couse kita perlu DOS dengan tidak ada program tambahan yang dimuat, yang dapat mengganggu pengoperasian aplikasi flash BIOS.

2. Salin semua file dari Rescue untuk Anda: flopy, Stick USB, USB flopy.

3. Ubah nama berkas BIOS untuk bios.wph dan menyalinnya ke Anda: flopy, Stick USB, USB flopy.

4. Lepaskan baterai, cabut komputer dari kekuasaan.

5. Tahan: Fn + B atau WinKey + B (Pada + Fn beberapa baru Acer Laptop Esc dan + Fn beberapa baru Fujitsu Siemens Laptop F) dan sambil memegang steker komputer dalam kekuasaan (jangan pasang baterai) dan Pres daya tombol.

6. Sekarang Anda harus mendengar kerja hard flopy, tahan tombol untuk sementara dan kemudian melepaskannya.

7. Leve komputer selama minimal 10 menit.dan jika komputer tidak restart diri menghidupkan daya ke bawah.

8. Pasang baterai dan sorce kekuasaan dan jika semuanya berjalan OK shold komputer mulai normaly. Catatan:. Prosedur ini untuk Phoenix `es BIOS saja dan dalam beberapa kasus USB Stick mungkin tidak bekerja .

=>; Metode 4 http://rapidshare.com / files/105953337/Metod_4.rar

Cara:

1. Klik pada Phoenix_Crisis_Recovery.exe membuat: flopy, USB flopy. Ketika membuat Floppy boot, pilih dari Folder Options untuk melihat file hiden dan sistem dan menghapus atau mengubah nama file config.sys jika ada. couse kita perlu DOS tanpa tambahan program yang dimuat, yang dapat mengganggu pengoperasian aplikasi flash BIOS.

2. Salin semua file dari Rescue untuk Anda: flopy, USB flopy.

3.Ubah nama berkas BIOS untuk bios.wph dan menyalinnya ke Anda: flopy, USB flopy.

4. Lepaskan baterai, cabut komputer dari kekuasaan.

5. Tahan: Fn + B atau WinKey + B (Pada + Fn beberapa baru Acer Laptop Esc dan + Fn beberapa baru Fujitsu Siemens Laptop F) dan sambil memegang steker komputer dalam kekuasaan (jangan pasang baterai) dan Pres daya tombol.

6. Sekarang Anda harus mendengar kerja hard flopy, tahan tombol untuk sementara dan kemudian melepaskannya.

7. Leve komputer selama minimal 10 menit. dan jika komputer tidak restart diri menghidupkan daya ke bawah.

8. Pasang baterai dan sorce kekuasaan dan jika semuanya berjalan OK shold komputer mulai normaly. Catatan: Prosedur ini untuk Phoenix `es BIOS saja dan dalam beberapa kasus USB Stick mungkin tidak berhasil. Perangkat HP terletak di arsip metod pertama. Gunakan metods di order form 1 sampai 4, kecuali jika Anda berpikir sebaliknya ... Semoga Anda tidak pernah menggunakan ini dan jika Anda pernah harus KEBERUNTUNGAN.

Insyde Pemulihan INSYDE METODE PEMULIHAN BIOS menambahkan 28/11/2009 http:// forums.mydigitallife.info / showthread.php t =? 13095 AMI BIOS

Pemulihan AMI memiliki teknik pemulihan tertanam di 'blok boot' dari BIOS. Dalam hal BIOS menjadi korup blok boot dapat digunakan untuk mengembalikan BIOS ke keadaan bekerja.
Rutin ini dipanggil ketika 'sistem blok' dari BIOS kosong atau rusak. Rutinitas restore saat dipanggil akan mengakses floppy drive (1.44Mb floppy disk drive) mencari file bernama AMIBOOT.ROM. Ini adalah alasan lampu floppy drive datang dan drive tampaknya digunakan. Jika file (AMIBOOT.ROM) ditemukan itu dimuat ke dalam 'sistem blok' dari BIOS untuk menggantikan informasi rusak.

Untuk mengembalikan BIOS anda copy versi terbaru dari file BIOS motherboard Anda ke disket floppy dan nama itu AMIBOOT . ROM. Disket tidak perlu bootable atau berisi perangkat flash. Ini akan mengakses floppy 2-5 menit sistem akan berbunyi empat kali. Keluarkan disket floppy dari drive dan reboot komputer. jika ketika Anda menghidupkan sistem tidak mencoba untuk mengakses floppy, tekan dan tahan 'CTRL' dan 'HOME' kunci pada waktu yang sama. Hal ini akan memaksa sistem (asumsi 'boot blok' tidak rusak) untuk mengakses flopy dan mencari file AMIBOOT.ROM.

Langkah demi Langkah: .

=> Metode 1

1. Ubah nama file yang diinginkan AMI BIOS untuk AMIBOOT.ROM dan simpan di disket kosong. misalnya Ubah nama 12345678.ROM untuk AMIBOOT.ROM

2.Masukkan floppy disk ini dalam floppy drive. Putar Pada sistem

3. Jika tidak ada akses floppy terjadi tekan terus tombol Ctrl-Home untuk memaksa update. Ikuti insructions di layar dan akan membaca file dan memulihkan AMIBOOT.ROM BIOS dari drive.

4. Ketika 4 beep didengar Anda dapat menghapus floppy disk.

5. Ketika tidak ada aktivitas lagi, tunggu sebentar dan restart komputer. Jika ini tidak berhasil, cobalah ini: .

=> Metode 2 Asus hanya ...

1. Buat flopy bootable dengan menggunakan Alat HP dan MiniDOS: Ketika membuat Floppy boot, pilih dari Folder Options untuk melihat file hiden dan sistem dan menghapus atau mengubah nama file config.sys jika ada. couse kita perlu DOS dengan tidak ada program tambahan yang dimuat , yang dapat mengganggu pengoperasian aplikasi flash BIOS.

2. Buat dokumen teks baru dan ketik folowing: afudos.exe / iamiboot.rom / pbnc / n Autoexec.bat download link: http://rapidshare.com/files/123981086/autoexec.rar simpan sebagai file autoexec.bat dan menyalinnya ke flopy boot yang telah Anda buat.

3. Ubah nama BIOS anda untuk amiboot.rom dan salin ke flopy bootable.

4. Jika tidak ada akses floppy terjadi tekan terus tombol Ctrl + Home untuk memaksa update.

5. Ketika tidak ada aktivitas lagi, tunggu sebentar dan restart komputer. Afudos Terbaru bahwa saya bisa menemukan:http://rapidshare.com/files/123979630/AFUDOS.rar Alat disediakan oleh @ offon7544

=>  Metode 3.

1. Buat flopy bootable dengan menggunakan Alat HP dan MiniDOS: Ketika membuat Floppy boot, pilih dari Folder Options untuk melihat file hiden dan sistem dan menghapus atau mengubah nama file jika config.sys ini. couse kita perlu DOS dengan tidak ada program tambahan yang dimuat , yang dapat mengganggu pengoperasian aplikasi flash BIOS.

2.Buat dokumen teks baru dan ketik folowing ini: amif895.exe / iamiboot.rom / pbnc / n simpan sebagai file autoexec.bat dan salin ke flopy boot yang telah Anda buat. Atoexec.bat download link: http://rapidshare.com / files/115841024/Autoexec.rar

3. Ubah nama BIOS anda untuk amiboot.rom dan salin ke flopy bootable.

4. Mulai komputer Anda.

5. Jika tidak ada akses floppy terjadi tekan terus tombol Ctrl + Home untuk memaksa update.

6.Ketika tidak ada aktivitas lagi, tunggu sebentar dan restart komputer. amiflash Terbaru saya bisa menemukan amiflash 8,95: http://rapidshare.com/files/113925838/amf895.zip Alat disediakan oleh @ amiga AWARD Pemulihan BIOS AWARD BIOS memiliki prosedur yang sama dengan AMI.

http://www.briteccomputers.co.uk/forum/motherboards-bios-cpu/bios-recovery-procedures/Untuk memulihkan AWARD BIOS Anda harus membuat disket bootable floppy dan menambahkan file BIOS yang diinginkan (sebaiknya gunakan yang paling baru). Penghargaan BIOS umumnya dalam format BIN., Sedangkan AMI itu. ROM format. Anda juga akan menambahkan utilitas AWARD flash (biasanya awdflash.exe) dan file autoexec.bat. The AWARD BIOS tidak secara otomatis mengembalikan informasi BIOS ke 'blok sistem' seperti BIOS AMI tidak. Anda perlu menambahkan perintah yang diperlukan untuk flash BIOS pada file autoexec.bat. Sistem akan menjalankan file autoexec.bat, yang berisi petunjuk flash.

Langkah demi langkah:

1. Buat flopy bootable dengan menggunakan Alat HP dan MiniDOS: Ketika membuat Floppy boot, pilih dari Folder Options untuk melihat file hiden dan sistem dan menghapus atau mengubah nama file jika config.sys ini. couse kita perlu DOS dengan tidak ada program tambahan yang dimuat , yang dapat mengganggu pengoperasian aplikasi flash BIOS.

2. Reaname bios ke bios.bin

3. Salin file BIOS dan utility flash untuk disket.

4. Buat file teks dengan editor teks standar dan tambahkan baris berikut: @ ECHO OFF awdflash893.exe bios.bin / py / sn / f / cc / r dan simpan sebagai file autoexec.bat download link autoexec.bat: http:/ / rapidshare.com/files/156801980/Autoexec.rar

5. Salin ke flopy bootable.

6. Start komputer Anda dan jika tidak ada akses flopy terjadi tekan dan tahan Ctrl + Home untuk memaksa update.

7. Ketika tidak ada aktivitas lagi, tunggu sebentar dan restart komputer Anda. py = Program ya sn = save ada f = kilat cc = jelas cmos r = restart

Berikut adalah yang terbaru awdflash saya bisa menemukan awdflash v8.93 http:// rapidshare.com/files/156742308/awdflash893.rar.html Alat disediakan oleh @ offon7544

Berikut adalah salah satu expirience dari salah satu forum mydigitallife U pdate UNTUK CHIPS SPI DENGAN SPI-header (7pins INTERFACE) Sebagai Dutchman01 menyatakan, bagi kita semua yang memiliki papan dengan chip SPI dan memiliki SPI-header (7pins INTERFACE) ada cara posible pemulihan setelah buruk flash dan tidak ada prosedur pemulihan telah bekerja. Meskipun itu untuk penggemar elektronik di sini adalah link ke thread dan Terima kasih untuk Petar yang menyusun panduan ini



Sumber : http://www.briteccomputers.co.uk/forum/motherboards-bios-cpu/bios-recovery-procedures/

Kamis, 03 Mei 2012

TASAUF ISLAM SOLUSI KEKERINGAN SPIRITUAL DI ERA MODERNISASI DAN GLOBALISASI

Oleh : Abdul Karim Lubis, SPdI

A. Pendahuluan

Tasauf Islam merupakan bagian integral dari ajaran spiritual Islam yang bersumber dari al-qur’an dan al-Sunnah,[1] lahir bersamaan dengan lahirnya agama Islam itu sendiri. Namun tasauf berdiri sendiri sebagai sebuah disiplin ilmu baru muncul pada abad kedua atau ketiga Hijriyah.[2] Sebelum abad kedua dan ketiga istilah tasaufbelum dikenal dikalangan masyarakat muslim akan tetapi bukan berarti ajaran tasaufbelum ada pada permulaan Islam, ia sudah ada tapi tidak secara eksplisit sebagaimana layaknya sebuah disiplin ilmu. Bahkan bila kita merujuk lebih jauh kebelakang tidak hanyatasauf yang tidak dikenal pada periode awal Islam, disiplin ilmu yang lainpun seperti fiqig, tauhid, tafsir, ilmu hadists belum dikenal pada masa Rasulullah.

Melalui tulisan yang singkat ini penulis ingin menekankan kepada Kaum muslimin dan muslimat bahwa ajaran tasauf bukanlah suatu ajaran yang menyimpang dari ajaran Islam dengan catatan selama ia merujuk kepada al-qur’an dan al-Sunnah. Imam al-Ghazali dalam kitab Minhajul ‘Abidin, menjelaskan ada tig macam ilmu yang wajib dipelajari oleh setiap muslim, yaitu ilmu fiqih, ilmu tauhid dan ilmu tasauf/ilmu srri. Dengan demikian dapat dipahami bahwa ajaran tasauf bukanlah milik kelompok tertentu saja, tapi ia harus dimiliki oleh setiap orang terlebih lagi di era modernisasi dan globalisasi sekarang ini minimal ajaran tasauf yang bersifat sederhana seperti sabar, syukur, tawakkal dan sebagainya. Karena tasauf mengajarkan nilai-nilai spiritual yang membawa kepada kesejukan, ketentraman dan kedamaian bagi jiwa manusia.

Tasauf merupakan ajaran keruhaniaan yang menekankan kepada kesuciaan jiwa, hati (qalbu) dengan konsep takhally, tahally dan tajally melalui riyadhah yang dilakukan secara kontinyu, baik melalui dzikrullah, kontemplasi dan amal-amal shaleh lainnya menuju insan kamil (manusia paripurna).

B. Pengertian Tasauf

Pengertian tasauf baik secara etimologi maupun terminolgi, para ahli (ulamatasauf) ternyata berbeda pendapat. Untuk tujuan kejelasan arti kata tasauf diperlukan penelusuran terhadap asal usul penggunaan kata tersebut. Dengan penelusuran itu, diharapkan memberikan gambaran yang jelas akan makna kata tasauf yang sesungguhnya.[3] Secara etimologi (bahasa) pengertian tasauf dapat dilihat menjadi beberapa pengertian, seperti dibawah ini:
Tasauf berasal dari istilah yang dikonotasikan dengan “ahlu suffah” yang berarti sekolompok orang dimasa Rasulullah yang hidupnya banyak berdiam di serambi masjid nabawi, dan mereka mengabdikan hidupnya untuk beribadah kepada Allah.[4]
Tasauf berasal dari kata shaf (baris), yang dimaksud dengan shaf disini adalah baris pertama shalat di mesjid. Shaf pertama selalu ditempati para Sufi dalam shalat berjamaah.[5]
Tasauf dikatakan berasal dari kata “shafa”, yang artinya kesucian, yakni kesucian jiwa sang Sufi setelah mengadakan “penyucian” jiwa dari kotoran-kotoran atau pengaruh-pengaruh jasmani.[6]
Tasauf berasal dari kata shaufana, yaitu sebangsa buaha-buahan kecil berbulu-bulu yang banyak sekali tumbuh di padang pasir di tanah Arab, di mana pakaian kaum Sufi itu berbulu-bulu seperti buah itu pula, dalam kesederhanaannya.[7]

Pengertian tasauf secara terminologi (istilah) para ulama juga mendefenisikannya beragam. Menurut Syekh al- Islam Zakaria al-Ansari:

“Tasauf mengajarkan cara untuk mensucikan diri, meningkatkan moral dan membangun kehidupan jasmani dan rohani guna mencapai abadi . Unsur utamatasauf adalah penyucian jiwa, dan tujuan akhirnya adalah tercapainya kebahagian dan keselamatan abadi”.[8]

Ketika Muhammad al-Jurayri ditanya tentang tasauf, beliau menjelaskan, “Tasaufberarti menyandang setiap akhlak yang mulia dan meninggalkan setiap akhlak yang tercela”.[9]

Ma’ruf al-Karkhi, tasauf adalah mengambil hakikat dan meninggalkan yang ada ditangan makhluk.[10]

Dari beberapa pengertian di atas dapat dipahami bahwa tasauf adalah suatu ajaran yang selalu berupaya membawa para orang-ornag yang menyelaminya berada dalam kesucian jasmani dan ruhani lahir dan batin, ta’at kepada Allah dan Rasulnya, selalu berusaha menghiasi diri dengan segala sifat-sifat mahmudah (terpuji) dan meningglakn segala sifat-sifat mazmumah (tercela) dalam upaya meningkatkan ketakwaan[11] kepada Allah swt. melalui takhalli, tahalli dan tajally. Manusia padafitrahnya memiliki dasar kesucian, yang kemudian harus dinyatakan dalam sikap-sikap yang suci dan biak kepada sesamanya. Sifat dasar kesucian itu disebut hanifiyah kareena manusia adalah makhluk yang hanif. Sebagai makhluk yang hanif manusia memiliki dorongan naluri kearah kebaikan dan kebenaran atau kesucian. Pusat dorongan hanifiyahitu terdapat dalam dirinya yang paling dalam dan paling murni, yang disebut hati (qalbu).[12]

Manusia memiliki potensi dasar untuk selalu ta’at kepada Allah, atau dengan kata lain manusia itu memiliki kecenderungan kepada kebenaran. Konsepsi Islam mengenai potensi dasar manusia berupa pengakuan akan adanya Allah sebagai Tuhan, atau cenderung kepada kebenaran secara eksplisit diungkapkan dalam al-qur’an “Dan ketika Tuhannmu mengeluarkan keturunan dasri putra-putra Adam, dari sulbi mereka, dan membuat persaksian atas diri mereka snediri; ‘Bukankah Aku ini Tuhanmu?” mereka menjawab, benar, kami bersaksi.” (QS. Al-A’raf: 7/12). Orang-orang yang ber-tasauf (Sufi) hatinya selalu mengeingat Allah dalam segala gerak langkah dan tindakannya, Allah selalu hadir dalam setiap denyut nadi dan detak jantungnya bahkan setiap tarikan nafasnya dalam rangka upaya penyucian jiwa dan mempersiapkan diri untuk mencapai kehidupan yang abadi.

C. Sejarah Singkat Tasauf

Istilah Sufi baru muncul kepermukaan pada abad kedua Hijriyah, sebelum itu Kaum muslimin dalam kurun awal Islam sampai abad pertama Hijriyah belum meneganal istilah tersebut.[13]Namun bentuk amaliah para Sufi itu tentu sudah ada sejak dari awal kelahiran Islam itu di bawa oleh Rasulullah Muhammad saw, bahkan sejak manusia diciptakan.

Sejarah[14] historis ajaran tasauf mengalami perkembangan yang sangan pesat, berawal dari upaya meniru pola kehidupan Rasulullah saw. baik sebelum menjadi Nabi dan terutama setelah beliau bertugas menjadi Nabi dan Rasul, perilaku dan kepribadian Nabi Muhammadlah yang dijadikan tauladan utama bagi para sahabat yang kemudian berkembang menjadi doktrin yang bersifat konseptual.[15] Tasauf pada masa Raulullah saw. adalah sifat umum yang terdapat pada hampir seluruh sahabat-sahabat Nabi tanpa terkecuali. Menurut catatan sejarah dari sahabat Nabi yang pertama sekali melembagakan tasauf dengan cara mendirikan madrasah tasauf adalah Huzaifah bin Al-Yamani, sedangkan Imam Sufi [16] yang pertama dalam sejarah Islam adalah Hasan Al-Basri (21-110 H) seorang ulama tabi’in, murid pertama dari Huzaifah Al-Yamani beliau dianggap tokoh sentral dan yang paling pertama meletakkan dasar metodologi ilmu tasauf.[17] Hasan Al-Basri adalah orang yang pertama memperaktekkan, berbicara menguraikan maksud tasauf sebagai pembuka jalan generasi berikutnya.[18]

Tasauf sebagai sebuah disiplin keilmuan Islam, baru muncul pada abad ke II H/XIII M, atau paling tidak dalam bentuk yang lebih jelas pada abad ke III H/X M. Namun, sebagai pengalaman spiritual , tasauf telah ada sejak adanya manusia, Usianya setua manusia. Smua nabi dan Rasul adalah Sufi, yang tidak lain adalah manusia sempurna (insan kamil). Nambi Muhammad adalah Sufi terbesar karena beliau adalah manusia sempurna yang paling sempurna.[19]

D. Sumber Ajaran Tasauf

Menurut para Sufi, bahwa sumber tasauf adalah dari agama Islam itu sendiri,tasauf merupakan saripati dari ajaran Islam yang bersumber dari al-Qur’an, al-Sunnah, qwal dan aktifitas sahabat, aktifitas dan qwal tabi’in.[20] Diakui memang banyak pendapat yang mengatakan bahwa ajaran tasauf Islam bukanlah semata-mata lahir dari ajaran Islam tetapi ia lahir merupakan perpaduan atau pengaruh berbagai unsur ajaran agama sebelum agama Islam itu lahir, seperti pengaruh ajaran Hindu, Yahudi, Kristen, Persia, Yunani dan sebagainya. Namun penulis tetap berkeyakinan bahwa tasauf Islam adalah murni bersumber dari semangat dan ruh ajaran Islam itu sendiri serta perilaku Rasul dan sahabat-sahabat beliau, kendatipun terdapat kesamaan antara ajaran tasauf Islam dengan ajaran spiritual agama-agama lain itu hanya secara kebtulan saja. Karena memang semua agama mengajarkan nilai kehidupan spiritual,[21] apakah lagi agama Yahudi, Kristen dan Islam sama-sama bersumber dari yang satu, tentulah ada kesamaan di antaranya tetapi bukan berarti ajaran tasauf Islam merujuk kepada ajaran agama lain selain Islam. Semua agama sealalu berusaha membimbing dan meyadarkan manusia untuk mampu melihat realitas lain yang lebih hakiki, yaitu realitas Ilahi.[22]Dalam Islam, hal-hal yang berhubungan dengan kecerdasan emosi dan spiritual seperti konsistensi(istiqamah), kerendahan hati (tawadhu), berusaha dan berserah diri (tawakkal), ketulusan, totalitas (kaffah), keseimbangan (tawazun), integritas dan penyempurnaan (ihsan) itu dinamakan akhlakul karimah (akhlak yang mulia).[23]

Dasar ajaran tasauf dalam al-Qru’an antara lain:

“Dan kepunyaan Allahlah timur dan barat, maka kea rah manapun kamu menghadap di situ akan kamu jumpai wajah Allah.” (QS. Al-Baqarah: 2/115)

“Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, maka (jawablah), bahwasanya Aku adalah dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang mendoa apabil mereka berdoa kepada-Ku, maka hendaklah mereka itu memenuhi (segala perintha-Ku) dan hendaklah mereka beriman kepas-Ku, agar mereka selalu berada dalam kebenaran.” (QS. Al-Baqarah: 2/186)

“Dan Kami lebih dekat kepadanya daripada urat lehernya.” (QS. Qaf : 50/16)

“(yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tentram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah-lah hati menjadi tentram.” (QS. Ar-Ra’du: 13/28)

Dasar ajaran tasauf dari hadits:

أن تعبد الله كأ نك تراه فإ ن لم تكن تراه فإ نه يراك (متفق عليه)

Artinya:

“Sembahlah Allah seolah-olah engkau melihat-Nya, maka apabila engkau tidak dapat melihat-Nya, maka ia pasti melihatmu. (HR. Bukhari dan Muslim)

Barangsiapa yang mengenal dirinya, maka ia akan mengenal Tuhannya, dan barangsiapa yang mengenal Tuhannya niscaya dirinya akan binasa.( al-Hadits)

“Dulu Aku (Allah) adalah sebuah permata tersembunyi, namun Allah ingin dikenal, maka allah menciptakan makhluk dan dengannya Akupun dikenal.” (al-Hadits)

Ingatlah, dalam diri manusia terdapat segumpal daging, apabila daging itu baik, maka akan berpengaruh baik pula kepada tubuh secara keseluruhan, akan tetapi apabila ia rusak, maka rusak pula tubuh secara keseluruhan, daging itu adalah hati. (HR. Bukhari)

Hati adalah suatu hal yang selalu dibahas dan dibicarakan dalam ajaran tasauf,dan inilah yang selaul menjadi objek kajian,[24] tema sentral tasauf. Hati harus selalu diasah dan dipertajam untuk menerima panjaran nur Ilahi melalui dzikrullah, dan amal shaleh lainnya, karena bila hati itu kotor ia tidak akan dapat menerima pancara nur Allah swt. Namun apabila hati itu bersih ia bening lakasana kaca niscaya ia dapat menerima pancaran nur Allah dan dapat pula memantulkan cahaya, disaat hati bersih bening laksana kaca terbukalah baginya hijab (tabir) dan muncullah musahadah, mukasyafah, ma’rifat dan tersingkaplah baginya segala rahasia-rahasia alam gaib.

E. Tujuan Ajaran Tasauf

Tasauf sebagai asfek mistisisme dalam Islam, pada intinya adalah kesadaran akan adanya hubungan komonikasi manusia dengan Tuhannya, yang selanjutnya mengambil bentuk rasa dekat (qurb) dengan Tuhan. Hubungan kedekatan tersebut dipahami sebagai pengalaman spiritual dzuqiyah manusia dengan Tuhan.[25]Komonikasi antara manusia dengan Tuhan sebenarnya sudah mulai terjalin ketika seseorang berada di alam rahim dalam kontak perjanjian primordial antara Tuhan dengan jiwa-jiwa manusia sebelum lahir, “Bukankah Aku ini Tuhanmu?” Mereka menjawab, benar, kami mengakui (Engkau Tuhan kami). (QS. Al-A’raf: 7/172). Namun setelah manusia itu lahir ke dunia ini, karena kelalaian manusia akan tugas dan tanggung jawabnya sebagai seorang hamba disebabkan kesibukan duniawi komonikasi itu terputus dan seyogianya manusia harus berupaya menjalin komonikasi itu kembali untuk menuju hubungan yang harmonis dan intim dengan Allah swt. Pada hakikatnya setiap ruhanisenantiasa rindu ingin kembali ketempat asalnya, selalu rindu kepada kekasihnya yang tunggal. Bilamana kelihatannya, dia lupa disebabkan perjuangan hidup duniawi, lupanya itu karena terpendam, sebab rindu itu, ada pada setiap insan individu, hati kecil selalu rindu ingin bertemu sang kekasih yakni Allah swt.[26]

Tujuan akhir mempelajari ajaran tasauf adalah untuk mendekatkan diri kepada Allah (taqarrub ila Allah) dalam rangka mencapai ridha-Nya, dengan mujahadah malalui latihan (riyadhah) spiritual dan pembersihan jiwa, atau hati (tazkiyah al-anfus).[27] Jiwa dan tubuh bersifat saling mempengaruhi. Apabila jiwa sempurna dan suci, maka perbuatan tubuh akan baik. Bergitu pula sebaliknya, dengan dihiasi akhlak yang diridhai oleh Allah.[28] Ibrahim bin Adham (w. 742)[29] mengatakan, Tasauf membawa manusia hidup menurut tata aturan kehidupan yang sebenarnya sesuai dengan konsef al-Qur’an dan al-Sunnah sebagaimana dicontohkan Rasulullah saw. seperti hidup sederhana, tidak berlebih-lebihan, syukur, tawadhu, hidup dengan melakukan sesuatu pada tempatnya.[30]Dikalangan para Sufi mendekatkan diri kepada Allah dapat ditempuh dengan berbagai maca cara melewati stasiun-stasiun atau maqamat-maqamat[31] tertentu seperti zuhud, wara’, taubat, raja’, khauf, sabar[32] dan seterusnya sampai pada puncaknya ke tingkatma’rifat,[33] bahkan sampai fana, bersatu dan menyatu dengan Tuhan (ittihad) dan itulah kenikmatan tertinggi yang di alami dan dirasakan para Sufi yang tidak dapat dilukiskan dan di gambarkan dengan kata-kata ataupun simbol-simbol.[34]Kendatipun pengalaman spiritual itu dicoba untuk dijelaskan dengan kata-kata atau apapun bentuknya, itu tidak akan sama persis dengan apa yang dialami oleh yang menceritakan (Sufi). Pengalaman spiritual seorang Sufi kalau dianalogikan tak obahnya bagaikan rasa mangga, bagaimanapun seseorang menjelaskan rasa magga kepada orang lain tetapi kalau seseorang tersebut belum pernah mencicipi rasa mangga, dapat dipastikan bahwa ia tidak akan paham dan mengerti bagaimana rasanya mangga yang sesungguhnya.Dengan kata lain pengalaman spiritual para Sufi itu dapat dirasakan tetapi tidak dapat diungkapkan. Biasanya beberapa model ungkapan verbal yang dipilih para Sufi dalam menyampaikan pengalaman spiritualnya, yang paling popular adalah penggunaan ungkapan-ungkapan yang bernada puitis, berbentuk humor dan kisah-kisah.[35]Sehingga dengan demikian pesan-pesan, nasehat-nasehat yang mereka tuliskan dapat ditafsirkan para pembaca sesuai dengan kemampuan daya nalar mereka dalam menangkap pesan yang terkandung dibalik teks tersebut.

F. Signifikansi Tasauf di Era Modern

Peradaban moderen yang bermula di Barat sejak abad XVII merupakan awal kemenangan supermasi rasionalisme dan emperisme dari dogmatisme agama. Kenyataan ini dapat dipahami karena abad moderen Barat cenderung memisahkan ilmu pengetahuan, filsafat dari agama yang kemudian dikenal dengan jargon sekularisme. Perpaduan antara rasionalisme dan emperisme dalam satu paket epistimologi melahirkan metode ilmiah (scientific method).

Penemuan metode ilmiah yang berwatak emperis dan rasional secara menakjubkan membawa perkembangan sains yang laur biasa canggihnya sehingga melahirkan kemudahan, disamping melahirkan kehidupan dan paradigma pemikiran baru. Fenomena serba mudah dan baru ini merupakan wujud akselarasi dari pemikiran filsafat Barat modern.[36]Filsafat Barat modern memandang manusia bebas dari segala kekuatan di luarnya, dan kebebasan itu terjadi lewat penegtahuan rasional. manusia seolah digiring untuk memikrkan dunia an-sich sehingga Tuhan, surga, neraka dan persolan-persolan eskatologis tidak lagi menjadi pusat pemikiran.

Konsep sains Barat di era moderen yang dikemukan di atas sangat berbeda dengan konsep sains dalam Islam, sebagiamana dinyatakan oleh Sayyid Husein Nasr, bahwa ilmu pengetahuan, sains dan seni dalam Islam berdasarkan gagsan tentangtauhid, yang menjadi inti dari al-qur’an. Dengan demikian menurut Nsr seluruh ilmu pengetahuan, sains dan seni dalam Islam dengan berbagai keragamannya tidak terlepas dari keesaan Tuhan, dalam kerangka ini, sains yang dapat disebut Islami adalah sains yang mengungkapkan “ketauhidan alam”.[37]

Peradaban, ilmu pengetahuan, dan sains dalam Islam tidak terlepas dari sentuhan nilai-nilai spiritual, karena ilmu pengetahuan dan sains dalam Islam harus mampu menghantarkan seseorang untuk lebih meningkatkan keimanan dan ketakwaan kepada Allah melalui pemahaman, pengamatan, riset dan penelitian yang dilakukan terhadap ayat-ayat kauniyah yang tersebar diseluruh penjuru alam, sebab antara ayat qauliyah dan kauniyah selalu berkorelasi. Hal itu akan lebih jelas bila dilihat dari segi keceradsan sufistik. Kecerdasan sufistik dapat dilihat dalam konsep tasauf, seperti ilmu,tafakur, ma’rifat, dan ma’rifat israqiyah. Bahwa yang dimaksud ilmu adalah semua pengetahuan, baik pengetahuan agama maupun umum. Semua pengetahuan itu harus bermanfaat untuk mengenal ciptaan, keagungan dan kebesaran Allah, sehingga kemudian mendorong manusia untuk semakin mendekatkan diri kepada-Nya.[38] Apresiasi yang tinggi pantas diberikan terhadap tasauf karena sumbangan-sumbangannya yang sangat bernilai bagi perkembangan peradaban Islam. Sumbagan itu dapat dilihat dalam berbagai bidang seperti filsafat, sastra, musik, tarian, psikologi, dan sains modern.[39]

G. Manfaat Mempelajari Tasauf

Mempelajari tasauf membawa manfaat yang sangat banyak dalam kehidupan ini, baik secara individu, masyarakat, bangsa dan negara. Bila semua orang bertasaufinsyaallah bumi ini akan aman dari segala konflik dan permusuhan, karena ajaran tasaufselalu membawa peasan-pesan universal yang bernuansa kesejukan, kedamaian, ketentraman, cinta kasih dengan sesama, bahkan dengan alam, lingkungan dan makhluk-makhluk lainnya. Ajaran tasauf datang menmbus lintas suku, ras, etnis bahkan agama. Para Sufi seperti Ibn ‘Arabi umpamanya, sangat menghargai dan menghormati pluralisme agama. Dengan demikian konsep ajaran tasauf sangat toleran, terbuka dan dapat diterima oleh semua golongan, kelompok dan semua kalangan.

Orang-orang yang mengamalkan ajaran tasauf (para Sufi) hidupnya akan terasa lebih bermakna, indah, dan penuh kesederhanaan dalam menjalani kehidupan ini, segala sesuatunya dijalani dengan ikhlas, syukur, sabar, qana’ah, dan tawakkal atas segala ketentuan yang telah ditetapkan oleh Allah untuk dirinya, tidak mengeluh dan tidak putus asa, tetapi selalu oftimis dalam mengharungi hiudup ini dan segala sesuatunya dikembalikan kepada Allah swt. Para Sufi selalu mampu menangkap pesan-pesan dan hikmah dibalik realitas yang terjadi di alam ini.

Para Sufi sangat menyadari betul akan siapa dirinya dan bagaimana posisinya dihadapan Tuhan dan mereka sudah mampu menguasai hawa nafsu mereka, sehingga dengan demikian segala apa yang mereka lakukan selalu berada dalam koridor kepatuhan, ketaatan dan ketundukan kepada Allah swt. dengan penuh keridhaan, kecintaan dan mereka pun diridhai dan dicintai oleh Allah, bahkan Allah mengundang mereka kesebuah perjamuan yang sangat indah. “Wahai jiwa yang tenang. Kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati yang ridha dan diridhai-Nya. Maka masuklah ke dalam golongan hamba-hamba-Ku, dan masuklah ke dalam surga-Ku.” (QS. Al-Fajr: 89/27-30). Orang-orang yang diundang oleh Allah tentunya tidak sembarang orang tetapi yang diundang adalah mereka yang sudah sampai ketingkat (maqam) insan kamil[40](manusia paripurna) yang didalam diri mereka sudah tercermin sifat-sifat Tuhan.

H. Tasauf Solusi Kekeringan Spritual di Era Modernisasi dan Globalisasi

Di zaman modernisasi[41] dan globalisasi[42] sekarang ini, manusia di Barat sudah berhasil mengembangkan kemampuan nalarnya (kecerdesan intelektualnya) untuk mencapai kemajuan yang begitu pesat dari waktu kewaktu di berbagai bidang kehidupan termasuk dalam bidang sains dan teknologi yang kemajuannya tidak dapat dibendung lagi akan tetapi kemajuan tersebut jauh dari spirit agama sehingga yang lahir adalah sains dan teknologi sekuler.[43] Manusia saling berpacu meraih kesuksesan dalam bidang material, soial, politik, ekonomi, pangkat, jabatan, kedudukan, kekuasaan dan seterusnya, namun tatkala mereka sudah berada dipuncak kesuksesan tersebut lalu jiwa mereka mengalami goncangan-goncangan mereka bingung untuk apa semua ini. Kenapa bisa terjadi demikian, karena jiwa mereka dalam kekosongan dari nilai-nilai spiritual, disebabkan tidak punya oreintasi yang jelas dalam menapaki kehidupan di alam dunia ini. Sayyid Hussein Nasr Menilai bahwa keterasingan (alienasi) yang di alami oleh orang-orang Barat karena peradaban moderen yang mereka bangun brmula dari penolakan(negation) terhadap hakikat ruhaniyah secara gradual dalam kehidupan manusia. Akibatnya manusia lupa terhadap eksistensi dirinya sebagai ‘abid (hamba) di hadapan Tuhan karena telah terputus dari akar-akar spiritualitas.Hal ini merupakan fenomena betapa manusia moderen memiliki spiritualitas yang akut. Pada gilirannya, mereka cenderung tidak mampu menjawab berbagai persoalan hidupnya, dan kemudian terperangkap dalam kehampaan dan ketidak bermaknaan hidup.[44]

Keimanan atau kepercayaan pada agama (Tuhan) itu, secara pragmatis merupakan kebutuhan untuk menenangkan jiwa, terlepas apakah objek kualitas iman itu benar atau salah. Secara psikologis, ini menunjukkan bahwa agama selalu mengajarkan dan menyadarkan akan nasib keterasingan manusia dari Tuhannya.[45] Manusia bagaimanapun juga tidak akan dapat melepaskan diri dari agama, karena manusia selalu punya ketergantungan kepada kekuatan yang lebih tinggi diluar dirinya (Tuhan) atau apapun bentuknya dan agama diturunkan oleh Allah untuk memenuhi kebutuhan dasar manusia sebagai makhluk rasional dan spiritul.[46]

Pandangan dunia sekuler, yang hanya mementingkan kehidupan duniawi, telah secara signifikan menyingkirkan manusia moderen dari segala asfek spiritual. Akibatnya mereka hidup secara terisolir dari dunia-dunia lain yang bersifat nonfisik, yang diyakini adanya oleh para Sufi. Mereka menolak segala dunia nonfisik seperti dunia imajinal atau spiritual sehingga terputus hubungan dengan segala realitas-realitas yang lebih tinggi daripada sekedar entitas-entitas fisik.[47]Sains moderen menyingkirkan pengetahuan tentang kosmologi dari wacananya. Padahal kosmologi adalah “ilmu sakral” yang menjelaskan kaitan dunia materi dengan wahyu dan doktrin metafisis.[48] Manusia sebenarnya menurut fitrahnya[49] tidak dapat melepaskan diri dari kehidupan spiritual karena memang diri manusia terdiri dari dua unsur yaitu jasmani dan ruhani, manusia disamping makhluk fisik juga makhluk non fisik. Dalam diri manusia tuntutan kebutuhan[50] jasmani dan rahani harus dipenuhi secara bersamaan dan seimbang, kebutuhan jasmani dapat terpenuhi dengan hal-hal yang bersifat materi sedangkan kebutuhan ruhani harus dipenuhi dengan yang bersifat spiritual seperti ibadah, dzikir[51], etika dan amal shaleh lainnya. Apabila kedua hal tersbeut tidak dapat dipnuhi secara adil maka kehidupan manusia itu dapat dipastikan akan mengalami kekeringan dan kehampaan bahkan tidak menutup kemungkinan bisa mengalami setres.

Salah satu kritik yang ditujukan kepada ilmu pengetahuan dan teknologi moderen dari sudut pandang Islam ialah karena ilmu pengetahuan dan teknologi moderen tersebut hanya absah secara metodologi, tetapi miskin dari segi moral dan etika. Pandangan masyarakat moderen yang bertumpu pada prestasi sains[52] dan teknologi, telah meminggrikan dmensi transendental Ilahiyah. Akibatnya, kehidupan masyarakat moderenmenjadi kehilangan salah satu aspeknya yang paling fundamental, yaitu asfek spiritual.[53]

Agama Islam datang membawa pesan universal dengan ajaran yang komprehensif menawarkan solusi dalam berbagai permasalahan kehidupan umat manusia diantaranya berupaya untuk mempertemukan kehidupan materialsitis Yahudi dan kehidupan spiritual Nasrani, menjadi kehidupan yang harmonis antara keduanya.[54] Di bawah bimbingan Nabi Muhammad Rasulullah saw. Kaum muslimin dapat membentuk pribadinya yang utuh untuk memperoleh kebahagiaan dunia akhirat dengan melakukan ibadah dan amal shaleh, sehingga mereka memperoleh kejayaan di segala bidang kehidupan.[55]Islam mengajarkan kepada umatnya akan keseimbangan untuk meraih kebahgian dan kesuksesan di dunia dan akhirat secara bersamaan.[56]

PENUTUP

Tasauf Islam suatu ajaran kerahanian (spiritual) yang bersumber dari ruh syari’at Islam itu sendiri yaitu al-Qur’an dan al-Sunnah. Para Sufi dalam mengamalkan ajarantasauf dengan selalu merujuk kepada akhlak, kepribadian dan ketauladanan Rasulullah swa. Sahabat Nabi yang mula-mula melembagakan ajaran tasauf adalah Huzaifah bin Al-Yamani dengan mendirikan sebuah madrasah yang khusu mengajarkan ilmu tasauf,kemudian dilanjutkan oleh salah seorang muridnya yakni Hasan Al-Basri dari kalangan tabi’in.

Tujuan akhir dari ajaran tasauf adalah untuk mendekatkan diri seorang hamba kapada Allah sebagai Khaliknya melalui riyadhah melewati stasiun-stasiun ataumaqamat-maqamat tertentu, dengan selalu mensucikan jiwa (nafs) lahir dan bathin dalam upaya mempersiapkan diri menggapai ma’rifatullah sampai pada tingkat bertemu dan menyatu dengan Allah menuju kehidpan yang abadi.

Apabila seseorang mengalami kebingunagan, kebimbangan, dan kehampaan dalam mengahrungi bahtera kehidupan ini karena mengahadapi berbagai problem dan permasalah silakan kembali kepada agama sesegera mungkin, insyaallah agama akan memberikan solusi yang terbaik bagi umatnya. Kehampaan spiritual yang di alami orang-orang Barat, karena disebabkan paradigma perdaban yang mereka bangun dari awal telah menyatakan adanya pemisahan antara sains dan agama, padahal seharunya keduanya harus saling bersinergi. Tasauf Isalam tidak menafikan sains, bahkan tasauf Islam banyak menyumbangkan pemikiran dalam bidang filsafat, sastra, musik, tarian, psikologi, dan sains modren.

Masalah keterasingan adalah masalah kejiwaan. Manusia berperan sebagai penyebab munculnya keterasingan dan sekaligus sebagai korban yang harus menanggung akibatnya. Dalam konteks ajaran Islam, untuk mengatasi keterasingan jiwa manusia dan membebaskan dari derita keterasingan, justru harus menjadikan Tuhan sebagai tujuan akhir, Tuhan yang mahawujud dan mahaabsolut. Segala eksistensi yang relatif dan nisbi tidak berarti dihadapan eksistensi yang mahaabsolut.

DAFTAR PUSTAKA

Al-Qusyayri, Risalah Sufi, Bandung: Pustaka Setia, 1990.

Armai Arief, Reformulasi Pendidikan Islam, Jakarta: Crsd Press, 2005.

Amsal Bakhtiar, Filsafat Agama, Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 1999.

Al-Kalabadzi, Al-Ta’aruf li Mazhabi Ahli al-Tasawwuf, Kairo: Maktabah al-Kulliyah al-Azhar, 1969.

Ary Ginanjar Agustian, Membangaun Rahasia Sukses Kecerdasan Emosi dan Spiritual,Jakarta: Arga, 2005.

Abd A’la, Melampaui Dialog Agama, Jakarta: Kompas, 2002.

Azyumardi Azra, Histografi Islam Kontemporer, Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 2002.

Ahmad Najib Burhani, “Tarekat” Tanpa Tarekat Jalan Baru Menjadi Sufi, Jakrta: PT. Serambi Ilmu Semesta, 2002.

Al-Ghazali, Berbisnis Dengan Allah, Surabaya: Pustaka Progresif, 2002.

Ahmad Musyafiq, Reformasi Tasawuf Al-Syafi’i, Jakarta: Atmaja, 2003.

Barmawi Umari, Sistimatika Tasawuf, Solo: Ramadhani, 1991.

Dadang Kahmad, Tarekat dalam Islam Spritual Masyarakat Modern, Bandung: CV. Pustaka Setia, 2002.

Dinika Jurnal of Islamic Studies, Volume 6. No. 2, Oktober 2007.

Desain Pengembangan Madrasah, Departemen Agama Direktorat Jenderal Kelembagaan Agama Islam Jakarta, 2004.

Hasyim Muhammad, Dialog Antara Tasawuf dan Psikologi, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2002.

Harapandi Dahri, Meluruskan Pemikiran Tasawuf Upaya Mengembalikan Taswuf Berdasarkna Al-Qur’an dan Al-Sunnah,Jakarta: Pustaka Irfani, 2007.

Ibn atha’illah, Zikir Penetram Hati, Jakarta: PT. Sumber Ilmu Semesta, 2006.

Jamil, Cakrawala Tasauf Sejarah Pemikiran dan Kontekstualitas, Jakrta: Gaung Persada Press, 2007.

Jurnal Keislaman dan Peradaban, Volume 3, Februari 2006.

Komaruddin Hidayat, Psikologi Kematian Mengubah Ketakutan Menjadi Optimisme,Jakarta: Hikmah, 2005.

Komaruddin Hidayat, Menafsirkan Kehendak Tuhan, Jakarta: Teraju, 2004.

Lynn Wilcox, Ilmu Jiwa berjumpa Tasawuf, Jakarta: PT. Sumber Ilmu Semesta, 1995.

Mulyadhi Kartanegara, Menyelami Lubuk Tasauf, Jakarta: Erlangga, 2006.

Mulyadhi Kartanegara, Reaktualisasi Tradisi Ilmiah Islam, Jakarta: Baitul Ihsan, 2006.

Mir Valiudin, Tasauf dalam Quran, Jakarta: Pustaka Firdaus, 2002.

Moh. Ardani, Akhlak-Tasauf “Nilai-nilai Akhlak /Budipekerti dalam Ibadah & Tasauf,Jakarta: Karya Mulia, 2005.

Mimbar Studi Jurnal Ilmu Agama Islam, No. 3 tahun XXII, Mei-Agustus 1999.

Musa Sueb, Kekuasaan Manusia dan Takdir Tuhan, Jakarta: CV. Pedoman Ilmu Jaya, 2004.

Mawlana Abd. Ar-Rahman Jami, Pancaran Ilahi Kaum Sufi, Yogyakarta: Pustaka Sufi, 2003.

M. Solihin, Sejarah dan Pemikiran Tasauf di Indonesia, Bandung: Pustaka Stia, 2001.

M. Solihin, Tasauf Tematik Membedah Tema-tema Penting Tasauf,Bandung: Pustaka Setia, 2003.

Murtadha Muthahhari, Menapak Jalan Spiritual Sekilas Tentang Ajaran Tasauf dan Tokoh-tokohnya, Bandung: Pustaka Hidayah, 2006.

M. Quraish Sihab, Wawasan Al-Qur’an tentang Zikir & Doa, Jakarta: Lentera Hati, 2006.

Nurcholish Madjid, Islam Agama Kemanusiaan Membangun Tradisi dan Visi Baru Islam Indonesia, Jakarta: Paramadina, 2003.

Rosihon Anwar & Mukhtar Solihin, Ilmu Tasauf, Bandung: CV. Pustaka Setia, 2006.

Sudirman Tebba, Kecerdasan Sufistik Jembatan Menuju Makrifat, Jakarta: Kencana, 2004.

Sa’id Hawwa, Jalan Ruhani Bimbingan Tasawuf untuk Para Aktivis Islam, Bandung: Mizan, 2001.

Taqiuddin Ibnu Taimiyah, Tasawuf dan Krirtik Terhadap Filsafat Tasawuf, Surabaya: PT. Bina Ilmu, 1986.

Ulumana, Volume Nomor 2 Juli-Desember 2006.

William C. Chittik, Dunia Imajinal Ibn ‘Arabi Kreativitas Imajinasi dan Persoalan Diversitas Agama, Surabaya: Risalah Gusti, 2001.

Yunasril Ali, Manusia Citra Ilahi Pengembangan konsep Insan Kamil Ibn ‘Arabi oleh al-jili,Jakarta: Paramadina, 1997.

[1] Harapandi Dahri, Meluruskan pemikiran Tasawuf Upaya Mengembalikan Taswuf Berdasarkna Al-Qur’an dan Al-Sunnah, (Jakarta: Pustaka Irfani, 2007), Cet. Ke-2 hlm. 23. Baca juga, Barmawi Umari, Sistimatika Tasawuf, (Solo: Ramadhani, 1991), Cet. Ke-3 hlm. 177.

[2] Kautsar Azhari, Jurnal Ulumana, Volume X nomor 2 Juli-desember 2006. hlm.368.

[3] Baca Jamil, Cakrawala Tasauf Sejarah Pemikiran dan Kontekstualitas, (Jakarta: Gaung Persada Press, 2007), Cet. Ke-2 hlm. 1.

[4] Rosihon Anwar & Mukhtar Solihin, Ilmu Tasauf, (Bandung: CV. Pustaka Setia, 2006), Cet. Ke-3 hlm 9.

[5] Dadang Kahmad, Tarekat dalam Islam Spiritual Masyarakat Modern, (Bandung: CV. Pustaka Setia, 2002), Cet. Ke-1 hlm 71.

[6] Mulyadhi Kartanegara, Menyelami Lubuk Tasauf, (Jakarta: Erlangga, 2006), Cet. Ke-1 hlm 4.

[7] Barmawi Umari, Sistimatika Tasawuf, (Solo: Ramadhani, 1991), Cet. Ke-3 hlm. 13.

[8] Mir Valiudin, Tasauf dalam Quran, (Jakarta: Pustaka Firdaus, 2002), Cet. Ke-2 hlm 4.

[9] Al-Qusyayri, Risalah Sufi, (Bandung: Penerbit Pustaka, 1990), Cet. Ke-1 hlm 299.

[10] Jamil, Cakrawala Tasauf Sejarah Pemikiran dan Kontekstualitas, (Jakarta: Gaung Persada Press, 2007), Cet. Ke-2 hlm. 5.

[11] Kata takwa dalam al-Qur’an mengandung implikasi pemenuhan kewajiban kemausiaan secara universal. Baca Desain Pengembangan Madrasah, (Departemen Agama Direktorat Jenderal Kelembagaan Agama Islam Jakarta 2004, hlm. 12.

[12] Nurcholish Madjid, Islam Agama Kemanusiaan Membangun Tradisi dan Visi Baru Islam Indonesia, (Jakarta: Paramadina, 2003), Cet. Ke-2 hlm. 179.[13] Silakan untuk penjelasan lebih lanjut baca Murtadha Muthahhari, Menapak Jalan Spiritual Sekilas Tentang Ajaran Tasauf dan Tokoh-tokohnya, (Bandung: Pustaka Hidayah, 2006), Cet. Ke-1 hlm. 37-38. Baca juga, Taqiuddin Ibnu Taimiyah, Tasawuf dan Krirtik Terhadap Filsa

Akhlaq Tasawuf Solusi terbaik Akhlak Bangsa


A. Latar Belakang

Perbuatan akhlak adalah perbuatan yang telah tertanam kuat dalam jiwa seseorang, sehingga menjadi keperibadiannya. Karena sifatnya yang mendarah daging, maka semua perbuatannya dilakukan dengan mudah tanpa pemikiran, dengan demikian, baik dan buruknya akhlak seseorang dari perbuatannya.
Masyarakat pada era modern ini banyak yang sudah hampir menyimpang dari ajaran yang sebenarnya. Baik itu budi pekerti yang kini mulai terkikis. Oleh sebab itu, pengkajian akhlak tentu sangat dibutuhkan pada era moodern ini.


B. Rumusan Masalah
Untuk mensfesifikasikan persoalan-persoalan yang dikaji dalam makalah ini maka penulis membatasinya dengan bentuk pertanyaan diantaranaya:
1. Apa pengertian akhlak?
2. Apa pengertian masyarakat modern?
3. Bagaimana respon masyarakat terhadap kemajuan IPTEK?
4. Apa dampak dari kemajuan IPTEK terhadap masyarakat modern?
5. Bagaimana peranan akhlak tasawuf sebagai solusi terbaik pemecahan masalah akhlak di era modern?

C. Tujuan
Dengan adanya pengkajian ini diharapkan dapat mempunyai tujuan sebagai berikut :
1. Mengetahui sejauh mana peranan akhlak di era modern;
2. Mengetahui problematika yang dihadapi masyarakat saat ini;
3. Dapat mengaplikasikan akhlak yang baik sesuai dengan ajaran Al-Qur`aan dan Al-Hadits.

PEMBAHASAN

A. Pengertian Akhlak
Kata akhlak secara etimologi berasal dari bahasa arab yaitu isim mashdar (bentuk infiitif) dari kata akhlaqo, yukhliqu, ikhlaqon sesuai dengan tsulasi mazid warna ke satu bab ke satu, yang berarti as-saj`iyah (perangai), ath-thabi`ah(kelakuan), al-`adat (kebiasaan), dan ad-din (agama). Hal ini sesuai dengan kata-kata yang berada dalam Al-Qur`an diantaranya :
Al-Qalam ayat : 4
Artinya :
4. dan Sesungguhnya kamu benar-benar berbudi pekerti yang agung.

Artinya :
137. (agama Kami) ini tidak lain hanyalah adat kebiasaan orang dahulu.


Dan sesuai dengan Hadits Nabi :
إنما بعثت لأتمم مكا رم الأخلاق
Artinya :
“Sesungguhnya Aku diutus untuk menyempurnakan akhlaq”
Pada ayat pertama kata Kuluqu dirtikan sebagai budi pekerti dan ayat yang kedua diartikan dengan adat kebiasaan.
Selanjutnya pengertian akhlak menurut terminologi, disini ada beberapa pendapat para ahli diantaranya :
1. Pendapat Ibnu Miskawaih
Menurutnya yang dinamakan akhlak yaitu “sifat yang tertanam dalam jiwa yang mendorongnya untuk melakukan perbuatan tanpa memerlukan pemikiran dan pertimbangan.”
2. Imam Al-ghazali
Menurut beliau akhlak adalah “sifat yang tertanam dalam jiwa yang menimbulkan macam-macam perbuatan dengan gampang dan mudah, tanpa memerlukan pemikiran dan pertimbangan .”
Dari kedua pendapat para ahli diatas nampaknya tidak ada pertentangan dan dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan akhlak adalah suatu sifat yang tertanam dalam jiwa manusia untuk melakukan perbuatan dengan tanpa pemikiran panjang.
Dari pengertian diatas dapat diketahui ciri-ciri dari akhlak ini diantaranya :
1. Perbuatan yang tertanam kuat dalam jiwa;
2. Perbuatan dilakukan dengan mudah tanpa pemikiran;
3. Perbuatan timbul daridalam diri orang yang mengerjakannya;
4. Perbuatan yang dilakukan dengan sesungguhnya;
5. Perbuatan dilakukan dengan ikhlas.


B. Pengertian Tasawuf
Pengertian tasawuf secara bahasa sebagaiman yang disebutkan oleh Harun Nasution ada lima istilah yang berkaitan dengan kata tasawuf diantaranya: as-suffah (orang yang ikut pindah dengan nabi dari Mekah ke Madinah), menggambarkan orangg yang rela mencurahkan jiwa raganya, harta benda hanya untuk Allah, saf (barisan),menggambarkan orang yan selalu terdepan dalam beribadah kepada Allah, sufi (suci), mengggambarkan orang yang selalu menjaga diirinya dari perbuatan dosa, sophos (bahasa yunani: hikmat), menggambarkan jiwa yang cenderung kepada kebenaran dan suf (kain wol), yaitu menggambarkan orang yang hidup sederhana. Dari segi linguistik dapat diketahui bahwa tasawuf adalah sikap mental yang selalu memelihara kesucian jiwa, beribadah, hidup sederhana, rela berkorban dan selalu bersikap bijaksana.
Sedangkan pengertian tasawuf secara istilah yaitu sebagai upaya mensucikan diri dengan cara menjauhkan pengaruh kehidupan dunia dan memusatkan perhatian hanya kepada Allah SWT.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwasannya yang dimaksud dengan tasawuf adalah usaha untuk mensucikan diri dengan berbagai usaha dari sifat yang baik dan benar.


C. Pengertian Masyarakat Modern
Kata masyarakat modern sendiri terdiri dari dua kata yaitu masyarakat dan modern. Dalam kamus bahasa indonesia, W.J.S. Poerwadarminta mengertikan masyarakat sebagai pergaulan hidup manusia (himpunan orang yang hidup bersama disuatu tempat dengan ikatan-ikatan aturan yang tentu). Sedangkan modern diartikan yang terbaru, secara baru, mutakhir. Dengan demikian dapat diketahui secara harfiah masyarakat modern berarti suatu himpunan orang yang hidup bersama disuatu tempat dengan ikatan-ikatan aturan tertentu dengan bersifat mutakhir.
Masyarakat modern sering disebut sebagai lawan masyarakat tradisional dengan ciri-ciri sebagai berikut :
1. Bersifat rasional, yakni lebih mengutamakan pendapat akal pikiran;
2. Berfikir masa depan yang jauh lebih baik tidak hanya untuk sekarang;
3. Menghargai waktu, yakni bahwa setiap detik begitu berharga untuk kehidupan mereka;
4. Bersikap terbuka, mereka dapat menerima saran dan kritik demi membangun kehidupan mereka yang lebih baik kedepannya;
5. Berfikir obyektif, yakni melihat segala sesuatu dari sudut fungsi dan kegunaannya bagi masyarakat.


D. Sikap Masyarakat Terhadap Kemajuan Teknologi
Revolusi Teknologi dengan meningkatkan kontrol kita pada materi, ruang dan waktu, menimbulkan evolusi ekonomi, gaya hidup, pola pikira dan sistem rujukan. Dalam menghadapi kenyataan demikian sikaf masyarakat sendiri terbagi kedalam tiga kelompok yaitu : kelompok optomis, kelompok pesimis, dan kelompok yang berada diantara keduanya.
Bagi kelompok orang yang optimis mereka menyikapi bahwasannya dengan adanya revolusi teknologi ini adalah pangkal kemajuan bagi mereka, karena didukung dengan hadirnya teknologi yang dapat membantu dan mempermudah dalam pekerjaan mereka. Misalnya berbagai media yang dapat mengiklankan produk ke berbagai daerah termasuk daerah terdalam.
Bagi kelompok kemajuan di bidang teknologi ini menimbulkan dampak yang negatif, karena hanya memberikan kesempatan dan peluang kepada orang yang dapat bersaing saja, yaitu mereka yang memiliki kekuasaan, ekonomi, kesempatan, kecerdasan, dan lain-lain.
Sementara kelompok yang mengambil sikap pertengahan mengatakan, bahwa Iptek itu positif atau berdampak negatif bagi ekonomi yaitu dengan timbulnya pengangguran, inflasi, ketergantungan.


E. Problematika yang dihadapi Masarakat Modern
Dari kemajuan teknologi diatas tentu saja yang dikhawatirkan adalah adanya dampak negatifnya yang menjadi masalah bagi kehidupan masyarakat di Era mdern ini. Diantara problematika yang dihadapi saat ini adalah :
1. Desintegrasi Ilmu Pengetahuan
Kehidupan modern diantaranya ditandai dengan spesialisasi di bidang ilmu pengetahuan. Sehingga setiap ilmu pengetahuan memiliki paradigma dan cara pandang berbeda.
2. Keperibadian Yang Terpecah
Karena kehidupan manusia modern diipolakan dengan ilmu pengetahuan yang coraknya kering akan nilai-nilai spiritual dan terkotak-kotak maka manusia menjadi pribadi yang terpecah, akibatnya hilang kekayaan rohaniah, karena terlalu dibiarkannya ilmu-ilmu positif yang hanya menggandalkan fakta-fakta empirik, obyektif dan rasional.


3. Penyalah Gunaan Iptek
Dampak selanjutnya akibat ilmu pengetahuan yang tanpa nilai spiritual akan menimbulkan masalah juga dengan penyalahgunaan dari hasil produk ilmu tersebut diantaranya tekhnologi.


4. Pendangkalan Iman
Fakta-fakta yang bersifat empiris akan menimbulkan kedangkalanya iman.


5. Pola Hubungan Matrialistik
Semangat persaudaraan dan rasa saling tolong menolong didasarkan pada nilai matrial.
6. Stres Dan Frustasi
Kehidupan modern demikian kompetitif menyebabkan manusia harus mengerahkan seluruh pikiran, tenaga dan kemampuannya. Hasil yang dicapai tak pernah disyukurinya dan selalu merasa kurang, apalagi bila gagal. Akibatnya, jika terkena problema yang tidak dapat dipecahkan oleh dirinya, segera saja ia stres da frustasi yang jik terus berkelanjutan maka akan menjadi gila atau hilang ingatan.


F. Akhlak Tasawuf Solusi Terbaik
Salah satu cara yang hampir disepakati para ahli untuk mengatasi problematika diatas adalah dengan berakhlak tasawuf.
Dengan adanya bantuan tasawuf ini maka ilmu pengetahuan satu dan lainnya tidak akan bertabrakan , karena ia berada dalam satu jalan dan satu tujuan karena semuanya berasal dari Allah.Tarikat yang berada dalam tasawuf akan membawa manusia memiliki jiwa istiqomah. Ajaran tawakal pada Tuhan, menyebabkan manusia memiliki pegangan kokoh, karena ia telah mewakilkan urusannya kepada Tuhan. Sikap frustasi dapat diatasi dengan sikap ridla yang diajarkan tasawuf yaitu selalu pasrah dan menerima terhadap segala keputusan. Sikap matrelialistik dapat diatasi denggan konsep juhud yang tidak mau diperbudak dan tidak mau dijajah dengan nafsu duniawi. Demikian dengan ajaran ujlah akan membekali manusia modern agar tidak menjadi sekfrut dari mesin kehidupan manusia yang tidak tahu lagi arahnya.
Demikianlah begitu efektif mengatasi problematika bangsa di dalam masyarakat modern dengan menerapkan konsep-konsep akhlak tasawuf.

Kesimpulan
Dari uaraian diatas dapat disimpulkan bahwasannya akhlak tasawuf merupakan solusi terbaik untuk mengatasi problematika kehidupan bangsa dengan masyarakat modernnya.

DAFTAR PUSTAKA

Nata. Abuddin, Akhlak Tasawf, Rajawali Pres, Jakarta,2009
Poerwadarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia,Balai Pustaka, Jakarta 1991
Noer. Diar, Pembangunan Di Indonesia, Mutiara, Jakarta, 1987
Susanto.Astrid, Pengantar Sosiologi dan Perubahan Sosial, Bina Cipta, bandung, 1979
Nasution. Harun, Teologi Islam Aliran-aliran Sejarah Analisa Perbandingan, Universitas Indonesia, Jakarta , 1972

Tasawuf Sebagai Terapi

(PERSPEKTIF KONSELING ISLAMI)

Abstrak
Kemajuan yang telah merambah dalam berbagai aspek kehidupan manusia, baik sosial, ekonomi, budaya dan politik, mengharuskan individu untuk beradaptasi terhadap perubahan-perubahan yang terjadi secara cepat dan pasti. Padahal dalam kenyataannya tidak semua individu mampu melakukannya sehingga yang terjadi justrumasyarakat atau manusia yang menyimpan banyak problem. Tidak semua orang mampu untuk beradaptasi, akibatnya adalah individu-individu yang menyimpan berbagai problem psikis dan fisik, dengan demikian dibutuhkan cara efektif untuk mengatasinya.
Berbicara masalah solusi, kini muncul kecenderungan masyarakat untuk mengikuti kegiatan-kegiatan spiritual (tasawuf). Tasawuf sebagai inti ajaran Islam muncul dengan memberi solusi dan terapi bagi problem manusia dengan cara mendekatkan diri kepada Allah yang Maha Pencipta. Selain itu berkembang pula kegiatan konseling yang memang bertujuan membantu seseorang menyelesaikan masalah. Karena semua masalah pasti ada penyelesaiannya serta segala penyakit pasti ada obatnya. Peluang tasawuf dalam menangani penyakit-penyakit psikologis atas segala problem manusia, semakin terbentang lebar di era modern ini.

Kata Kunci : Tasawuf, Terapi, Konseling Islam

A. Pendahuluan

Tulisan ini berangkat dari sebuah fenomena sosial masyarakat yang kini hidup di era modern, dengan perubahan sosial yang cepat dan komunikasi tanpa batas, dimana kehidupan cenderung berorientasi pada materirialistik, skolaristik, dan rasionalistik dengan kemajuan IPTEK di segala bidang. Kondisi ini ternyata tidak selamanya memberikan kenyamanan, tetapi justru melahirkan abad kecemasan (the age of anxienty). Kemajuan ilmu dan teknologi hasil karya cipta manusia yang memberikan segala fasilitas kemudahan, ternyata juga memberikan dampak berbagai problema psikologis bagi manusia itu sendiri.

Masyarakat modern kini sangat mendewa-dewakan ilmu pengetahuan dan teknologi, sementara pemahaman keagamaan yang didasarkan pada wahyu sering di tinggalkan dan hidup dalam keadaan sekuler. Mereka cenderung mengejar kehidupan materi dan bergaya hidup hedonis dari pada memikirkan agama yang dianggap tidak memberikan peran apapun. Masyarakat demikian telah kehilangan visi ke-Ilahian yang tumpul penglihatannya terhadap realitas hidup dan kehidupan. Kemajuan-kemajuan yang terjadi telah merambah dalam berbagai aspek kehidupan, baik sosial, ekonomi budaya dan politik. Kondisi ini mengharuskan individu untuk beradaptasi terhadap perubahan-perubahan yang terjadi secara cepat dan pasti. Padahal dalam kenyataannya tidak semua individu mampu melakukannya sehingga yang terjadi justru masyarakat atau manusia yang menyimpan banyak problem.

Bagi masyarakat kita, kehidupan semacam ini sangat terasa di daerah-daerah perkotaan yang saling bersaing dalam segala bidang. Sehingga kondisi tersebut memaksa tiap individu untuk beradaptasi dengan cepat. Padahal tidak semua orang mampu untuk itu. Akibatnya yang muncul adalah individu-individu yang menyimpan berbagai problem psikis dan fisik, dengan demikian dibutuhkan cara efektif untuk mengatasinya.

Berbicara masalah solusi, kini muncul kecenderungan masyarakat untuk mengikuti kegiatan-kegiatan spiritual (tasawuf). Tasawuf sebagai inti ajaran Islam muncul dengan memberi solusi dan terapi bagi problem manusia dengan cara mendekatkan diri kepada Allah yang Maha Pencipta. Selain itu berkembang pula kegiatan konseling yang memang bertujuan membantu seseorang menyelesaikan masalah. Karena semua masalah pasti ada penyelesaiannya serta segala penyakit pasti ada obatnya.

Peluang tasawuf dalam menangani penyakit-penyakit psikologis atas segala problem manusia, semakin terbentang lebar di era modern ini. Maka dari itu, penulis mencoba untuk melakukan analisis terhadap tasawuf sebagai terapi atas problem manusia dalam perspektif konseling Islam.

B. Memahami Dunia Tasawuf

Tasawuf pada dasarnya merupakan jalan atau cara yang ditempuh oleh seseorang untuk mengetahui tingkah laku nafsu dan sifat-sifat nafsu, baik yang buruk maupun yang terpuji. Karena itu kedudukan tasawuf dalam Islam diakui sebagai ilmu agama yang berkaitan dengan aspek-aspek moral serta tingkah laku yang merupakan substansi Islam. Dimana secara filsafat sufisme itu lahir dari salah satu komponen dasar agama Islam, yaitu Iman, Islam dan Ihsan. Kalau iman melahirkan ilmu teologi (kalam), Islam melahirkan ilmu syari’at, maka ihsan melahirkan ilmu akhlaq atau tasawuf.(Amin Syukur, 2002:112)

Meskipun dalam ilmu pengetahuan wacana tasawuf tidak diakui karena sifatnya yang Adi Kodrati, namun eksistensinya di tengah-tengah masyarakat membuktikan bahwa tasawuf adalah bagian tersendiri dari suatu kehidupan masyarakat; sebagai sebuah pergerakan, keyakinan agama, organisasi, jaringan bahkan penyembuhan atau terapi. (Moh. Soleh, 2005: 35)

Tasawuf atau sufisme diakui dalam sejarah telah berpengaruh besar atas kehidupan moral dan spiritual Islam sepanjang ribuan tahun yang silam. Selama kurun waktu itu tasawuf begitu lekat dengan dinamika kehidupan masyarakat luas, bukan sebatas kelompok kecil yang eksklusif dan terisolasi dari dunia luar. Maka kehadiran tasawuf di dunia modern ini sangat diperlukan, guna membimbing manusia agar tetap merindukan Tuhannya, dan bisa juga untuk orang-orang yang semula hidupnya glamour dan suka hura-hura menjadi orang yang asketis (Zuhud pada dunia). Proses modernisasi yang makin meluas di abad modern kini telah mengantarkan hidup manusia menjadi lebih materealistik dan individualistic. Perkembangan industrialisasi dan ekonomi yang demikian pesat, telah menempatkan manusia modern ini menjadi manusia yang tidak lagi memiliki pribadi yang merdeka, hidup mereka sudah diatur oleh otomatisasi mesin yang serba mekanis, sehingga kegiatan sehari-hari pun sudah terjebak oleh alur rutinitas yang menjemukan. Akibatnya manusia sudah tidak acuh lagi, kalau peran agama menjadi semakin tergeser oleh kepentingan materi duniawi (Suyuti, 1996: 3 - 5).

Menurut Amin Syukur, tasawuf bagi manusia sekarang ini, sebaiknya lebih ditekankan pada tasawuf sebagai akhlak, yaitu ajaran-ajaran mengenai moral yang hendaknya diterapkan dalam kehidupan sehari-hari guna memperoleh kebahagiaan optimal. Tasawuf perilaku baik, memiliki etika dan sopan santun baik terhadap diri sendiri, orang lain maupun terhadap Tuhannya (Syukur, 2003:3).

Menurut Omar Alishah, yang menjadi salah satu ajaran penting dalam tasawuf adalah pemahaman tentang totalitas kosmis, bumi, langit, dan seluruh isi dan potensinya baik yang kasar mata maupun tidak, baik rohaniah maupun jasmaniah, pada dasarnya adalah bagian dari sebuah sistem kosmis tunggal yang saling mengait, berpengaruh dan berhubungan. Sehingga manusia mempunyai keyakinan bahwa, penyakit atau gangguan apapun yang menjangkiti tubuh kita harus dilihat sebagai murni gejala badaniah ataupun kejiwaan manusiawi, sehingga seberapapun tingkatan keparahannya akan tetap dapat ditangani secara medis (medical care) (Alishah, 2002:11).

Pendapat Alishah tersebut senada dengan apa yang dijelaskan oleh Allah SWt dalam al-Qur’an, bahwa setiap kali terjalin komunikasi dengannya seseorang akan memperoleh energi spiritual yang menciptakan getaran-getaran psikologi pada aspek jiwa raga, ibarat curah hujan membasahi bumi yang kemudian menciptakan getaran-getaran duniawi dan menyebabkan tanaman tumbuh subur. Sesuai dengan firman Allah yang tertera dalam QS. Al-Hajj: 5

… فَإِذَا أَنْزَلْنَا عَلَيْهَا الْمَاءَ اهْتَزَّتْ وَرَبَتْ وَأَنْبَتَتْ مِنْ كُلِّ زَوْجٍ بَهِيجٍ (الحج: 5)

Artinya : “………ketika kami turunkan hujan di atasnya ia pun bergerak dan subur mengembang menumbuhkan berbagai tanaman indah (berpasang-pasangan) (QS; Al-Haj: 5).


C. Konseling Religius

Krisis jiwa (mental) yang menimpa manusia, biasanya sebagai akibat dari terhalangnya seseorang dari apa yang di inginkan oleh salah satu motifnya yang sangat kuat, atau lemahnya krisis mental dipengaruhi oleh kondisi sosial dan moral dirinya sendiri. Seseorang akan menjadi sasaran kegalauan psikologis dan fisik, jika ia tidak mampu mengatasi krisis psikologis dengan cara yang cepat dan tepat. Baik secara hakiki ataupun ilusi. Sesungguhnya agama merupakan terapi bagi penyakit jiwa atau mental. Sebab ia bisa mengubah, memperbarui, dan memperbaiki jiwa. Agama juga memberi kekuatan penuh kepada manusia ketika ia berhadapan dengan kebimbangan keputusasaan dan agama memberi sifat kesabaran ketika manusia dilanda frustasi dan memberi ketenteraman ketika manusia ketakutan dan bahaya. Hanya melalui Aqidah dan keimanan jiwa akan hidup dan akal akan selamat. Selain itu fisik akan selalu sehat, karena keimanan merupakan tulang yang mampu membawa, manusia dari keputusasaan kepada semangat yang kuat dan dari kekacauan kepada ketenteraman. Seseorang yang beriman akan merasakan bahwa ketenteraman itu memenuhi ruang jiwanya.

Ditengah berbagai krisis kehidupan yang serba materialis, sekular serta kehidupan yang sangat sulit secara ekonomi maupun psikologis, tasawuf memberikan obat penawar rohani, yang memberi daya tahan krisis kerohanian modern telah mengakibatkan mereka tidak lagi mengenal siapa dirinya arti dan tujuan dari kehidupan di dunia. Ketidakjelasan atas makna dan tujuan hidup ini, pada akhirnya membuahkan penderitaan batin yang berkepanjangan. Maka kemudian mata air yang sejuk memberikan penyegaran serta menyelamatkan pada manusia yang terangsang itu, dalam wacana kontemporer disebut sebagai terapi tasawuf. (Rahman, 2000;4)

Selain tasawuf sebagai jalan untuk mencari pemecahan masalah, manusia juga berusaha mencari penyelesaian melalui bimbingan konseling, karena bimbingan merupakan proses pemberian bantuan yang dilakukan oleh seorang ahli kepada individu menggunakan cara yang ada, berdasarkan norma-norma yang berlaku, sedangkan konseling adalah pemberian bantuan yang dilakukan melalui wawancara konseling oleh seorang ahli kepada individu yang sedang mengalami suatu masalah yang bermuara pada teratasinya masalah yang dihadapi klien.(Erman Amti, 1999;99)

Dalam perkembangannya, Bimbingan dan Konseling tidak bisa lepas dari nilai-nilai spiritual, karena hanya mengandalkan psikologi sebagai ilmu yang mempelajari psikis manusia belum mampu mencapai hasil yang maksimal. Bimbingan dan Konseling Religius telah disadari sebagai hal penting oleh banyak pakar konseling baik barat maupun Indonesia. Hal ini didasarkan pada suatu kenyataan bahwa dalam memasuki kehidupan yang bertujuan akhir memperoleh kebahagiaan dunia akhirat, individu cenderung untuk menata kehidupan berlandaskan nilai-nilai spiritual. (Murtadlo, 2002: 28)

Berkaitan dengan Bimbingan Konseling Religius pada dasarnya semua agama memiliki pola-pola Bimbingan dan Konseling yang berbeda-beda dalam usaha mengatur pemeluknya tentang bagaimana menghadapi kehidupan di dunia dan akhirat. Hal ini didasarkan pada nilai-nilai atau norma-norma yang bersumber dari Tuhan (kitab suci). Demikian dalam bimbingan konseling Islam yang merupakan proses pemberian bantuan terhadap individu, agar mampu hidup selaras dengan ketentuan dan petunjuk Allah, sehingga mencapai kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat (Faqih, 2110: 5).


D. Tasawuf Sebagai Terapi

Omar Alishah dalam bukunya “Tasawuf Sebagai Terapi” menawarkan cara Islami dalam pengobatan gangguan kejiwaan yang dialami manusia, yaitu dengan cara melalui terapi sufi. Terapi tasawuf bukanlah bermaksud mengubah posisi maupun menggantikan tempat yang selama ini di dominasi oleh medis, justru cara terapi sufi ini memiliki karakter dan fungsi melengkapi. Karena terapi tasawuf merupakan terapi pengobatan yang bersifat alternatif. Tradisi terapi di dunia sufi sangatlah khas dan unik. Ia telah dipraktekkan selama berabad-abad lamanya, namun anehnya baru di zaman-zaman sekarang ini menarik perhatian luas baik di kalangan medis pada umumnya, maupun kalangan terapis umum pada khususnya. Karena menurut Omar Alisyah, terapi sufi adalah cara yang tidak bisa diremehkan begitu saja dalam dunia terapi dan penanganan penyakit (gangguan jiwa), ia adalah sebuah alternatif yang sangat penting. (Alishah, 2004;5)

Tradisi sufi (tasawuf) sama sekali tidak bertujuan mengubah pola-pola terapi psikomodern dan terapi medis dengan terapi sufis yang penuh dengan spiritual, sebaliknya apa yang dilakukan Omar justru melengkapi dan membatu konsep-konsep terapi yang telah ada dengan cara mengoptimalkan peluang kekuatan individu seseorang untuk menyembuhkan dirinya, beberapa tehnik yang digunakan Omar Alishah dalam upaya terapeutik yang berasal dari tradisi-tradisi tasawuf antara lain yaitu tehnik “transmisi energi dan tehnik metafor” (Alishah, 2002:151).

Dengan demikian, terapi tasawuf atau sering juga disebut dengan penyembuhan sufis adalah penyembuhan cara islami yang dipraktekkan oleh para sufi ratusan tahun lalu. Prinsip dasar penyembuhan ini adalah bahwa kesembuhan hanya datang dari Allah Yang Maha penyembuh, sedangkan para sufi sebagai terapis hanya bertindak sebagai perantara.(Najar, 2004: 195).

1. Prinsip-prinsip Dasar Terapi

Prinsip-prinsip dasar dari pendekatan terapi yang ditawarkan dalam tulisan ini secara umum diadopsi dari prinsip-prinsip dasar Tarekat Naqsyabandiyah. Hal tersebut didasarkan pada pemikiran Omar Alishash tentang tasawuf sebagi terapi. Alishah sendiri dibesarkan dalam keluarga dan lingkungan yang penuh spiritualisme Tarekat Naqsyabandiyah. Tarekat Naqsyabandiyah merupakan salah satu aliran tarekat terkemuka diantara beberapa aliran tarekat lainnya. Dalam ensiklopedi Islam Van Hoeve disebutkan, bahwa Tarekat Naqsabadiyah didirikan oleh Muhammad bin Muhammad Bahauddin al Uwaysi al-Bukhari Naqsyabandi (717H / 1318M 791 H / 1389). Tarekat ini sebetulnya bersumber dari Abu Ya’quf Yusuf al Hamdani (wafat pada tahun 535 H / 1140 M) adapun mengenai Abu Ya’quf Yusuf al Hamdani, Schimmel menulis :

Ia adalah imam pada zamannya yang mengetahui rahasia hati, yang mengerti akan tugasnya. Hubungan rohani hamdani bisa dirunut sampai kharaqani dan bayazid bistami, kedua wali tersebut tetap dihormati di dalam tarekat ini. Menurut riwayat, Hamdanilah yang mendorong Abdul Qadil Gilani berkhotbah di depan umum, dua tarekat utama yang bersumber dari dirinya, yang satu adalah Yasawiyya di Asia Tengah yang kemudian mempengaruhi bektashiyya di Anatolia. (Anemarie Schimmel, 2000 : 123).

Ada delapan prinsip dasar yang menjadi pedoman ajaran Tarekat Naqsyabandiyah, yakni :

1. Hush Dardam (kesadaran dalam bernafas)

2. Nazar bar Qadam (memperhatikan tiap langkah diri)

3. Safar dar Watan (perjalanan mistik di dalam diri)

4. Khalwat dar Anjuman (kesendirian di dalam keramaian)

5. Yad Kard (pengingatan kembali)

6. Baz Gard (menjaga pemikiran sendiri)

7. Nigah Dasht (memperhatikan pemikiran sendiri)

8. Yad Dasht (pemusatan perhatian kepada Allah)

Kedelapan prinsip tersebut, menurut Omar Alishah dapat dijadikan rambu-rambu dalam terapi sufis (tasawuf) untuk mengatasi problem psikologis manusia. Prinsip pertama biasa ditafsirkan dengan suatu proses introspeksi dan evaluasi keluar masuknya nafas untuk mengatasi “kelupaan” akan eksistensi Allah dalam keseluruhan lingkup ruang maupun waktu. Tujuan dari pemeliharaan atas pernafasan tersebut adalah agar setiap pengikut tradisi selalu hadir dan ingat kepada Allah SWT dalam setiap tarikan dan hembusan nafasnya. Karena yang bisa memberi penyembuhan datangnya hanya dari Allah manusia hanyalah sebagai perantara saja. (Omar Alishah 2002, 138)

Prinsip kedua adalah memperhatikan langkah dirinya. Apabila seorang sufi berjalan, ia selalu melihat ke tempat kakinya melangkah dan apabila dalam keadaan duduk, ia akan melihat pada kedua tangannya. Seorang sufi tidak boleh memperluas pandangannya karena dikhawatirkan dapat membuat hatinya bimbang dalam mengingat Allah. Dalam tradisi ini seorang terapis harus selalu berusaha mendekatkan diri pada Allah dengan selalu melangkah ke jalan yang benar. (Omar Alishah 2004 : 121)

Prinsip yang ketiga diartikan sebagai proses dari sifat kemanusiaan yang kotor dan rendah menuju sifat-sifat ke malaikatan yang bersih dan suci. Oleh karena itu setiap orang yang terlibat dalam tradisi ini harus berupaya mengontrol hatinya agar dalam hatinya tidak ada rasa cinta kepada seseorang. Prinsip ke empat adalah bahwa setiap sufi harus selalu menghadirkan hatinya kepada Allah dalam segala keadaan. Setiap orang yang terlibat dalam tradisi ini harus selalu dapat menjaga hatinya. (Omar Alishash 2002 : 145)

Prinsip kelima adalah pengingatan kepada allah. Dalam melakukan proses terapi sebaliknya selalu berusaha mengulangi zikir kepada Allah, sehingga tidak ada peluang sedikit pun dalam hatinya yang ditujukan kepada selain Allah agar prosesnya lancar dan mendapat ridho dari Allah. (Omar Alishah 2004 : 125)

Prinsip keenam mempunyai makna menjaga pemikiran sendiri dengan mengulangi zikir. Setiap orang yang terlibat dalam tradisi ini harus setiap saat setiap waktu dimanapun berada jangan sampai mengosongkan fikiranya karena itu tidak baik. Dan berusahalah dengan mengulang-ngulang zikir kepada Allah.

Prinsip ke tujuh memperhatikan pemikiran sendiri. Dalam tradisi ini kita selalu memelihara hati kita dari kemasukan segala sesuatu yang dapat menggoda dan mengganggunya sekalipun hanya sejenak prinsip ke delapan adalah pemusatan perhatian sepenuhnya pada aspek musyahadah (yakni menyaksikan keindahan, kebesaran dan kemuliaan Allah SWT). (Omar Alishah, 2002 : 150).

Prinsip-prinsip dasar dari pendekatan terapi Omar yang ditawarkan dalam asosiasi ini secara umum diadopsi dari prinsip-prinsip dasar Naqsabandiyah hal ini dinyatakan oleh Alishah sendiri :

Terapi harus memperhatikan ketentuan-ketentuan Naqsabandiyah. Setiap orang dalam tradisi ini tentunya harus sudah, mengetahui, mengkaji dan sadar akan ketentuan-ketentuan itu. (Omar Alishah 2004: 130).

Maka dari itu, ada sebuah ketentuan dari Tarekat Naqsabandi yang sangat kuat peranannya terutama dalam memanifestasikan tradisi ke dalam segenap lingkup kehidupan, khususnya dalam hal ini adalah terapi. Ketentuan ini berbunyi “kenali dirimu”. Mengenal dalam arti mengenal setiap sinyal-sinyal yang ada, baik yang dibutuhkan ataupun tidak. Tradisi ini mengenal apa yang disebut dibutuhkan ataupun tidak. Tradisi ini mengenal apa yang disebut kegunaan energi dari dalam diri sendiri.

Kemudian Agha Omar Alishah An-Naqsabandi ibn Hashemi yaitu syekh besar tarekat Naqsabandiyah mengadakan kongres-kongres dengan berbagai pakar-pakar ilmu di seluruh penjuru dunia membentuk sebuah organisasi dengan nama Asosiasi Terapi Holistik Tradisional. Yaitu sebuah organisasi penyembuhan gangguan kejiwaan maupun fisik yang menggunakan berbagai pendekatan maupun berbagai teknik dengan didasari pada konsep-konsep tradisi Tasawuf yang telah ada berabad-abad yang lalu. Agha memberi nama untuk jenis terapi yang di kembangkan dengan sebutan terapi Granada. Jika psikologi menggunakan lambang Trisula. Maka terapi ini menggunakan simbol Delima. Adapun makna simbolis dari Granada yang terpenting adalah substansi dari apa yang sebenar-benarnya. Gagasan yang terpenting dalam asosiasi ini adalah bagaimana orang-orang agar terfokus pada pencarian elemen-elemen yang menjadi bagian dari proses penyembuhan pasien, apapun tehnik yang digunakan. Terapi beliau berfokus kepada agama (www.tractus books.com)

2. Tahapan Terapi

Tujuan dari model terapi Granada ini adalah membantu teknik dan pengetahuan terapi yang sudah ada tanpa berusaha menggantikan sama sekali teknologi medis modern baik rupa maupun bentuk. Konsep ini menambah pada teknologi medis modern dimensi hubungan dan energi yang menghidupkan kekuatan individu untuk menyembuhkan dirinya (Omar Alishah 2002 : 16)

Tahap-tahap proses terapi yang dilakukan oleh Omar Alishah yaitu:

a) Niat

Satu hal yang sangat mempengaruhi hasil dari proses terapeutik adalah niat. Aspek ini memungkinkan keberhasilan atau tidaknya seorang terapis dalam menyelesaikan pekerjaannya sehubungan proses terapeutik tersebut. Sebab niat secara tidak langsung merupakan bagian dari transmisi positif penyembuhan Agha Menilai;

Niat dari setiap terapis adalah dan seharusnya, membantu proses penyembuhan pasien. Diantara para terapis dan pasien tidak mungkin berkompetisi, atau hasilnya bisa kematian pasien itu. Niat juga penting karena alasan lain : jika niat terapis untuk menyembuhkan seorang pasien cukup kuat, dia mentransmisikan pengaruh ekstra pada orang yang sakit, gugup, cemas atau tegang. Terapis tidak hanya sekedar mengatakan kepada pasien, “ya, saya dapat membantu anda, saya akan berusaha menyembuhkan anda”. Niat terapis bahwa, dan jika niatnya cukup kuat berfokus pada itu, dia menstransmisikan faktor itu kepada pasien juga. (Omar Alishah 2005 : 259).

b) Wawancara

Terapi yang dicontohkan oleh Agha sehubungan dengan menggunakan pendekatan tradisi tasawuf kepada klien di dahului melalui tahap wawancara ini sekalipun tidak mengadopsi dari model psikoanalisis dengan cara klien harus berbaring di atas balai-balai sedangkan terapis atau analisis berada di belakangnya, namun itu hanya sejenis pengembangan dari teknis wawancara.

Hal ini ditunjukkan dengan apa yang disarankan Agha kepada para peserta konggres mengenai tahap-tahap awal dan prosedur terapeutik.

Kita mulai dengan menggunakan jenis wawancara psikologi atau psikiatri klasik, dengan lain perkataan situasi semi medis. Pasien berbaring disana, seseorang mencatat dan pertanyaan-pertanyaan yang kita ajukan bentuknya diubah agar dapat diterima oleh pasien itu sebagai bincang-bincang. Artinya kita dapat menemui klien kita di sebuah restoran, warung kopi atau kelab malam, kita dapat berjalan-jalan di tepi sungai itu semua adalah ide yang bagus untuk mulai dengan melanggar situasi klasik baju putih, stetoskop dan bloknote. (Omar Alishah 2002: 22)

Pada tahapan awal atau sesi wawancara, tradisi tasawuf tidak mempunyai suatu sesi yang lehas atau ala tradisi. Ini menunjukkan bahwa tahapan awal hanyalah sebuah formalitas atau mengikuti formalitas yang ada, baku dan paling efektif, hanya saja beberapa penekanannya justru lebih terlihat santai sehingga prosedur terapeutik yang dilakukan oleh terapis dengan menggunakan terapi tasawuf terkesan jauh dari hal-hal yang berbau klinis atau medis. Model wawancara seperti ini bisa terlihat dalam pendekatan psikoterapi eksistensial humanistik, tidak memiliki teknik-teknik yang ditentukan secara ketat sebagaimana psikoanalisis.

Teknik wawancara model klasik adalah selalu disesuaikan dengan tujuan sebuah terapi. Untuk mendapatkan data yang akurat, terapis harus mengemukakan terlebih dahulu aturan-aturan yang akan terjadi pada klien selama terapis berlangsung. Aturan-aturan ini tentu akan berimplikasi apda lancarnya proses terapeutik. Hal ini tidak ada dalam terapi tasawuf. Namun prinsip bahwa dalam teknik klasik ada kode etik bahwa tugas terapis adalah memberikan perhatian penuh dan mendengarkan dengan seksama apa yang diungkapkan oleh klien, sehingga tugas klien adalah menceritakan semuanya kepada terapis. (Amin Annajar 2002: 194) hal ini juga diadopsi oleh Agha Omar Alishah.

Penggunaan suatu topik yang dapat diperbincangkan bersama tidak lain adalah tehnik yang biasa digunakan dalam wawancara klasik. Tehnik ini adalah suatu persekutuan antara klien dengan terapis untuk melawan masalah yang dihadapi klien, penting artinya disini adalah untuk membangun rasa kepercayaan klien bahwa terapis mampu mengerti dan sanggup menghadapi masalah yang sedang diderita klien.

Terlepas dari persekutuan itu, klien juga harus menjalankan peranannya sebagai klien, sehingga dalam waktu yang bersamaan terapis mampu mengarahkan arah pembicaraan klien sesuai dengan agenda wawancara yang diinginkan terapis. Tulis Agha Omar Alisha.

Setelah itu, pertinggi antusiasme kita sendiri tentang subyek itu, banyak berbicara tentang hal itu, membawa ke hal apa saja yang kita inginkan, guna mengisi kekurangan-kekurangan pada gambar kita, bagian dari kemampuan kita tentu bagaimana kita melakukan hal ini, bagaimana cara kita membimbing mereka. Dengan cara demikian kita menemukan gambar kita dan menyempurnakannya. (Omar Alisha 2004 : 36)

Setelah mulai mempercayai atas keahlian terapis untuk memecahkan masalah yang dihadapi klien, maka Agha menyampaikan bahwa terapis perlu menyampaikan baik dengan mensisipkan diantara pembicaraan atau secara langsung suatu nada yang harmonis dengan perkataan yang harmonis dengan perkataan yang bermakna ke arah positif melalui cara yang meyakinkan. Tulis Agha.

Masalahnya di sini adalah tidak banyak perubahan nada suara atau hasil nada-nada harmonis yang meyakinkan, yakni apa yang kita pilih untuk disampaikan dalam nada suara bagaimana………. Kita semua tahu bahwa dalam terapi kita memiliki kata-kata seperti : sembuh, pulih semakin sehat, dan kita mengucapkan kata-kata ini dalam nada dan cara yang meyakinkan (Omar Alisha, 2002: 147).

Kekuatan tradisi di sini nyata-nyata telah terlihat dan hal tersebut bukanlah suatu hal yang abstrak dan magis, melainkan lebih dari sekedar sebuah teknik bagaimana dalam sesi wawancara terapis juga berfungsi sebagai pembangkit energi dalam diri klien. Pertama; bahwa kata-kata positif yang diucapkan dengan nada yang benar dan dengan waktu yang tepat akan bersifat sebagai pemicu munculnya energi positif atau optimisme. Kedua; adalah bagaimana melakukan semuanya dengan cinta. Dalam tradisi tasawuf, cinta adalah semacam implementasi dari ikhlas. Atau sebaliknya apapun yang kita lakukan dengan cinta kita akan ikhlas. Konsep cinta dan ikhlas juga bukanlah sesuatu barang baru dalam tradisi, namun penting sekali dalam kehidupan modern saat sekarang ini untuk dimasukkan ke dalam tehnik-tehnik terapi, masalah cinta ini disinyalir oleh Agha sebagai sesuatu yang sangat jangka ditemukan dalam psikologi barat. Analisis Agha Omar Alishah

Frankl sejalan dengan pendapat Agha mengenai pola mengintegrasikan cinta ke dalam proses terapi, hal ini diungkapkan sendiri oleh Frankl

Dengan bertindak secara spiritual dalam cinta dia dapat melihat ciri-ciri dan bentuk esensial pada orang yang dicintai; atau lebih dari pada itu, dia melihat apa yang potensial dari dalam dirinya; yang belum teraktualisasikan tetapi harus diaktualisasikan. Karena dengan cintanya, seseorang yang sedang mencintai dapat menjadikan orang yang dicintainya mengaktualkan potensi-potensi. (victor E. Frankl, 2003 : 127)

Seseorang terapis harus mampu mencintai klien serta melakukan terapeutik berdasarkan cinta. Dari situlah penyembuhan dapat dimulai dengan baik, tanpa cinta, mustahil sebuah awal yang baik dalam proses penyembuhan dapat terjadi.

3. Proses Terapi

Setelah melakukan wawancara awal, proses berikutnya adalah asosiasi bebas, beberapa mengenai asosiasi bebas ini dalam terapi Granada telah disebutkan pada bagian wawancara awal. Hal kemudian yang juga digunakan Agha dalam terapi Granadanya adalah penafsiran. Dalam kasus gangguan kejiwaan yang ditangani oleh terapi Granada, Agha menulis :

Keahlian dan kemampuan kita adalah mengidentifikasi orang semacam itu dengan reaksi mereka, dan memberikan terapi kepada mereka yang tidak menyerupai suatu terapi. Kita sesungguhnya meminta mereka untuk membantu kita memeriksa problem mereka, apa yang kita minta mereka untuk melakukan itu adalah melibatkan diri dalam suatu proses kerjasama. (Omar Alishah 2004: 171)

Proses berikutnya adalah analisis dan penafsiran resistensi. Ada hal lain yang diberikan oleh Agha sehubungan dengan teknik tersebut.

Ketika mereka datang kepada kita dan mereka telah diberi ktia menyebutnya kebiasaan Freud, Jung, dan Schopenhaur oleh karena itu, mereka klien telah mengembangkan apa yang kita sebut pertahanan diri.

Menanggulangi ini bisa jadi sulit, dan beberapa kasus sangat sulit, akan tetapi trik atau tekniknya adalah memperkenalkan diri kita tidak sebagai “terapis” melainkan sebagai orang biasa …… Akan tetapi kasus yang paling berat yang kita hadapi khususnya menangani gangguan psikologis adalah orang-orang yang telah mengembangkan resistensi terhadap terapi. (Omar Alishah 2002 : 196).

Pertama untuk mengantisipasi terjadinya resistensi secara berlarut-larut, pola wawancara diganti. Dalam hal ini kasus tersebut Agha lebih menyukai untuk secara “transparan” terapis harus memposisikan dirinya bukan lagi sebagai terapis, namun orang biasa. Setelah terapis dapat memasukkan jenis energi positif kepada klien untuk dapat terbuka dan cepat sembuh.

Kita harus dapat mengatakan kepada mereka dengan jelas sejak awal, Anda datang kepada saya untuk meminta bantuan. Saya dapat membantu anda, tetapi saya harus menyatukan energi anda dengan saya untuk mencapai ini, sehingga akhirnya anda dapat pergi melepaskan diri dari saya dan menjadi pulih, riil, sehat dan balans tanpa berhubungan dengan saya terus menerus” kita membantu mereka untuk menciptakan satu kepribadian yang tak tergantung kepada kita. (Omar Alishah 2004, 168)

Dimungkinkan sekali dalam buku ini, Agha tidak menspekan pada persoalan gejala-gejala gangguan kejiwaan semata, melainkan juga membahas tentang proses terapi bagi penderita fisik penilaian penting terungkap disini bahwa tradisi menunjukkan suatu hal yang benar-benar istimewa terhadap eksistensi terapi-terapi di luar tradisi. Sekalipun Anatolio Friedbeg memberikan pengantar pada buku ini bahwa konsep-konsep terapi tasawuf hanyalah membantu teknik dan pengetahuan terapi yang sudah ada tanpa berusaha menggantikan sama sekali teknologi medis modern, Agha juga memberi semacam ketegasan mengenai keterlibatan terapi-terapi yang akan dilakukan.

Setiap bagian terapi, warna musik, bedah osteopatik, atau apapun mempunyai fungsi sendiri-sendiri. Ini buka kompetisi atau seharusnya pun tidak. Jika seseorang menjalani pembedahan dan ditempatkan dalam lingkungan yang positif sesudahnya untuk pemulihan kesehatan, ini mungkin mempunyai peran yang sedikit lebih penting untuk dimainkan. Akan tetapi ini jangan atau seharusnya jangan menjadi sumber friksi atau perdebatan diantara tim. Prioritas untuk menggunakan suatu teknik pada seseorang pasien tergantung pada keadaan fisik dan mental pasien itu (Omar Alishah 2002 : 56).

Penegasan Agha Omar Alishah tersebut sedikit memberikan bahwa tidak ada suatu terapi tunggal yang mampu mengobati pasien hingga sembuh. Dalam konteks kejiwaan, sekalipun klien telah melewati proses-proses terapi namun perbaikan yang diperoleh hanyalah bersifat sementara.

Ada banyak teknik tapi tak satupun dari teknik ini berhasil secara sempurna. Teknik-teknik itu dapat membawa perbaikan sementara, tapi setelah itu pasien membutuhkan orientasi lain, teknik tunggal untuk menangani pasien yang mengalami gangguan psikologi yang dapat digunakan untuk setiap bentuk kejiwaan jelas tidak ada, sebab teknik tergantung pada jenis penyakit yang bersangkutan. (Omar Alishah 2002 : 20)

Penegasan tersebut adalah untuk menjawab kegelisahan seorang terapis peserta konggres yang merasa bahwa setiap kali terapis tersebut bekerja pada awalnya klien selalu dapat terbuka setelah mengalami terapi pertama, setelah itu klien menutup diri kembali. Hal ini membuktikan bahwa dalam tiap tahap terapi, teknik yang digunakan oleh seorang terapis tidak mutlak menggunakan teknik tunggal. Senada yang sama ditulis oleh Gerald Corey.

Para terapis yang berorientasi psikoanalitik dapat menggunakan metode-metode penafsiran mimpi, asosiasi bebas, analisis resistensi - resistensi dan transferensi, juga menangani hubungan masa lampau kliennya, tetapi pada saat yang sama mereka bisa menggabungkan sumbangan-sumbangan dari aliran lain, khususnya dari para neureudlan yang menekankan faktor-faktor sosial budaya dalam perkembangan kepribadian.

Dapat disebutkan disini bahwa Agha Omar Alishah menganut teknik penggabungan yang disesuaikan dengan tahapan terapi maupun kondisi terapi. Satu hal yang nampak seperti naif dalam pendapat Agha adalah persoalan pandangan manusia modern - Barat, mengenai otak yang identik dengan prinsip-prinsip dasar psikologi Barat. Sekalipun beberapa aliran psikologi pertama seperti psiko analisis sangat meremehkan eksistensi manusia dan hanya dengan menganalisis jaringan syaraf serta otak seluruh gejala tingkah laku dan gangguan manusia dapat diketahui maupun disembuhkan, namun beberapa aliran lain seperti humanisme dan transaksional justru memandang sebaliknya. Komentar Agha :

Di Barat, kendati dengan kemajuan teknologi modern orang tidak benar-benar tahu apa itu otak, maka jika kita bekerja dengan sesuatu yang kita tidak ketahui seratus persen, upaya kita akan selalu meragukan. (Omar Alisha 2002: 20).

E. Penutup

Kajian-kajian konseling religius (Islam) yang lebih mendalam tentang tasawuf sebagai terapi masih sangat kurang. Luasnya lahan pengalaman terapis dan sedikitnya orang yang mengalaminya menjadikan salah satu penyebab kajian-kajian konseling religius (Islam) bergerak lambat. Demikian pula kajian-kajian ilmiah isoterik keislaman juga jarang diulas bahkan kajiannya tidak mendapatkan tempat karena adanya fitnah bahwa hal tersebut berkaitan dengan khurafat dan takhayul serta tidak ilmiah. Tuduhan demikian, tanpa mau meninjau lebih dalam terhadap suatu fenomena alami sangat menghambat perkembangan konseling Islami dan membentuk suasana yang kurang sehat dalam kajian keilmuan. Mudah-mudahan tulisan singkat ini memacu dan menambah semangat kita dalam mengkaji masalah-masalah spiritual keislaman sehingga konseling Islami tidak hanya berkutat pada bagaimana mencari format dan merumuskan konsep tapi lebih pada action menggali dunia konseling Islami secara riil.


BIBLIOGRAFI

Adz-Dzaky, M. Hamdani Bakran, Konseling dan Psikoterapi Islam, Fajar Pustaka, Yogyakarta, 2002.

Alishah, Omar, Tasawuf sebagai Terapi, Pustaka Hidayah, Bandung, 2002.

_______, Alishah Terapi Sufi, Yogyakarta: Pustaka Sufi, 2004

Al-Taftazani, Abu Al Wafa Al-Ghanimi, Sufi dari Zaman Ke Zaman, Pustaka, Bandung, 1997.

Annajar, Amin, Psikoterapi Sufistik dalam Kehidupan Modern, Mizan Media Utama, Bandung, 2004.

Asmaran as, Pengantar Studi Tasawuf, PT. Raja Grafindo, Jakarta, 1992.

Aziz, Abdul, Psikologi Agama, Sinar Baru Algensindo, Bandung, 1987.

Bagir, Haidar, Manusia Modern Mendamba Allah, Penerbit Pustaka Amani Jakarta, 2002

Burhani, Ahmad Najib, Manusia Modern Mendambah Allah, Renungan Tasawuf Positif, Hikmah, Jakarta, 2002.

Darajat, Zakiah, Ilmu Jiwa Agama, Bulan Bintang, Jakarta, 2005.

_______, Kesehatan Mental, PT. Gunung Agung, Jakarta, 1982.

Faqih, Aunur Rahim, Bimbingan Konseling dalam Islam, UII Press, Yogyakarta, 2001.

Fahmi, Musthofa, Prof. Dr., Kesehatan Jiwa dalam Keluarga, Sekolah dan Masyarakat, Bulan Bintang, Jakarta, 1977

Hawari, Dadang, Ilmu Kedokteran Jiwa dan Kesehatan Jiwa, Dana Bakti Prima Jasa, Yogyakarta, 1999.

Murtadlo, Ali, Bimbingan dan Konseling Islam Perspektif Sejarah, Jurnal Ilmu Dakwah, 2002.

Prayitno dan Erman Amti, Dasar-dasar Bimbingan Konseling, Rineka Cipta, Jakarta. 1999.

Rahman, Budy Munawar, Demam Tasawuf, Yogyakarta, 2000.

Rahmat, Jalaluddin, Renungan Sufistik, Mizan, Bandung, 1997.

_______, Psikologi Agama, Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2000.

Rifa’i, Moh., Al-Qur’an dan Terjemahnya, Wicaksana, Jakarta, 1992.

Schimmel, Anne Marie, Terj. Supardi Joko Damono, dkk., Dimensi Mistik dalam Islam, Pustaka Firdaus, Jakarta, 1986.

Soleh, Moh, Agama Sebagai Terapi, Pustaka Pelajar, Yogyakarta, 2005

Sudarsono, Kamus Psikologi dan Filsafat, Jakarta, 1993.

Suyuti, Ahmad, Percik-Percik Kesufian, Penerbit Pustaka Hidayah, Bandung 2002

Syukur, M. Amin, Tasawuf Kontekstual Solusi Problem Manusia Modern, Pustaka, Yogyakarta, 2003.

_____________, Tasawuf dan Krisis, Pustaka Pelajar, Yogyakarta, 2001.

_____________, Zuhud di Abad Modern, Pustaka Pelajar, Jakarta, 1997.

sumber : http://agama.kompasiana.com/2010/07/14/tasawuf-sebagai-terapi/