Berbuat Baik untuk Kebijakan dan Buat Kebijakan untuk Kebaikan
Assalamualaikum Wr. Wb
Selasa, 26 April 2011
Menjawab Cacian Orang Kafir
Posted by admin in Mutiara Qur'an on 07 14th, 2010
“Kamu sungguh-sungguh akan diuji terhadap hartamu dan dirimu. Dan (juga) kamu sungguh-sungguh akan mendengar dari orang-orang yang diberi Kitab sebelum kamu dan dari orang-orang yang mempersekutukan Allah, gangguan yang banyak yang menyakitkan hati. Jika kamu bersabar dan bertakwa, maka sesungguhnya yang demikian itu termasuk urusan yang patut diutamakan.” (Ali Imran [3]: 186)
FOTO: abudira.wordpress.com
Muqaddimah
Jika dekat dengan al-Qur’an, kita tidak perlu heran dengan ulah orang-orang kafir. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam (SAW) sendiri termasuk orang yang paling sering merasakan getir dan pahitnya cacian mereka. Ragam julukan dan tuduhan pernah mampir kepadanya. Kekasih Allah Subhanahu wa Ta’ala (SWT) ini pernah dijuluki orang gila, tukang sihir dan lainnya.
Bahkan bukan hanya Rasulullah SAW, Allah SWT sekalipun mereka ejek. Dalam al-Qur’an disebutkan:
“Sesungguhnya Allah telah mendengar perkatan orang-orang yang mengatakan: ‘Sesunguhnya Allah miskin dan kami kaya’. Kami akan mencatat perkataan mereka itu dan perbuatan mereka membunuh nabi-nabi tanpa alasan yang benar, dan Kami akan mengatakan (kepada mereka): “Rasakanlah olehmu azab yang membakar!”. (Ali Imran [3]: 181)
Upaya busuk itu sengaja mereka tempuh sebagai wujud kebencian dan rasa takutnya kepada Islam. Pasalnya, Islam ketika itu berkembang pesat dan mendapat simpati masyarakat luas. Namun usaha mereka kandas. Islam justru semakin berkembang bahkan bisa menerangi jazirah Arab dengan akidah tauhid yang menjadi inti dakwah Rasulullah SAW.
Sukses menghadapi makar musuh itu adalah karunia dari Allah SWT. Tapi ingat, Allah SWT memberikannya bukan tanpa syarat. Semua itu merupakan buah dari resep rabbani yang berhasil dijalankan dengan sangat sempurna oleh Nabi Muhammad SAW dan khalifah sesudahnya. Alhamdulillah, referensi utama resep itu masih ada di tengah-tengah kita, yaitu al-Qur’an dan as-Sunnah.
Makna Ayat
Al-Qur’an dan as-Sunnah, keduanya merupakan pedoman hidup yang terbebas dari kekeliruan. Di dalamnya terangkum semua petunjuk dan resep hidup yang akan mengantarkan kita pada keridhaan Allah SWT. Termasuk di dalamnya kiat dalam menghadapi ulah dan fitnah yang digalang oleh musuh-musuh Islam.
Ayat di atas merupakan salah satu dari sekian banyak ayat yang mengulas tentang resep dalam menghadapi ujian dan fitnah orang kafir. Ayat di atas diawali dengan fiil mudhari’, sebagai petunjuk bahwa peristiwa itu akan terus berlangsung. Untuk lebih memperkuat lagi, fiil mudhari’ ini diapit oleh taukid (penguat). Artinya ujian terhadap harta dan jiwa serta munculnya suara-suara menyakitkan dari orang kafir, pasti akan terjadi dan akan terus terjadi hingga hari kiamat.
Syaikh Syinqiti dalam tafsirnya Adhwa’ul bayan fi idhohil qur’an bil qur’an berkata: “Dalam ayat yang mulia ini disebutkan bahwa setiap Mukmin akan diuji dalam harta dan jiwanya, dan mereka akan mendengarkan dari Ahlul Kitab (Yahudi dan Nashrani) dan orang kafir tindakan-tindakan yang sangat menyakitkan dan jika mereka bertakwa dan bersabar, maka kedua hal itu (sabar dan taqwa) merupakan urusan yang diutamakan karena merupakan sebuah kewajiban.”
Istikamah di Atas Manhaj Rabbani
Secara umum ayat di atas telah menjelaskan secara global tentang sikap yang harus ditempuh dalam menghadapi fitnah orang-orang kafir. Yaitu bertakwa dan bersabar. Resep inilah yang diterapkan oleh Rasulullah SAW sehingga bisa mengubah cacian itu menjadi modal untuk mencapai kemenangan.
Seperti apa bentuk sabar dan takwa yang dimaui ayat ini? Sabar dan takwa dalam ayat di atas ditafsirkan oleh Ibnu Jarir at-Thabari sebagai upaya untuk tetap berada dalam koridor ketaatan kepada Allah SWT dalam kondisi bagaimanapun. Artinya, setiap ada kejadian-kejadian seperti di atas maka kita meresponnya dengan tindakan yang ma’ruf. Bukan dengan tindakan yang munkar atau tindakan yang akan melahirkan kemunkaran.
Sejarah hidup Rasulullah SAW telah memberikan banyak contoh dan teladan dalam masalah seperti ini. Tatkala julukan-julukan menyakitkan mengguyurinya, sedikitpun beliau tidak menampakkan sikap gegabah, apalagi membalasnya dengan cacian serupa. Yang beliau lakukan adalah istikamah dalam berdakwah dan menyampaikan Islam.
Ketika Islam semakin kuat, orang kafir dan munafik tak berhenti berulah. Upaya menjatuhkan Islam dan merusak citra Rasulullah SAW tetap mereka lakukan. Peristiwa paling menyakitkan tentu ketika cacian itu menyerang rumah tangga beliau. Ummul Mukminin Aisyah RA digosipkan berzina. Apa sikap Rasulullah SAW ketika itu? Lagi-lagi beliau tidak gegabah. Beliau berusaha tenang dan mengklarifikasi kebenaran isu itu. Rasulullah SAW tahu persis jika gosip ini ditanggapi secara sembrono akan membuat musuh terpingkal-pingkal. Maslahat dan mafsadat selalu menjadi parameter setiap kali beliau mengambil tindakan.
Sampaikan Islam Apa Adanya
Salah satu penyebab kebencian mereka kepada Islam karena mereka tidak mengerti hakikat Islam itu sendiri. Mereka melihat Islam dari perilaku pemeluknya saja. Padahal menilai suatu ajaran tidak cukup dilihat pada pemeluknya saja. Sebab boleh jadi apa yang ditampilkan oleh pemeluk ajaran tersebut menyelisihi ajaran agama yang dianutnya. Hal itulah yang terjadi pada Islam. Sebagian umat Islam saat ini mementaskan ritual dan pemahaman yang melesat jauh dari tuntunan Islam itu sendiri. Akibatnya, orang yang melihat Islam dari para pemeluknya saja akan salah kaprah dalam memahami Islam.
Pada zaman Rasulullah SAW pun demikian. Sebagian orang kafir itu membenci Islam karena tidak mengerti Islam yang sebenarnya. Mereka mengetahui Islam hanya dari celotehan orang-orang munafik atau dari isu dan informasi yang disebarkan oleh orang kafir sendiri. Tapi lihatlah, bagaimana respon mereka ketika melihat langsung Islam yang ditampilkan oleh Rasulullah SAW. Mereka takjub dan kagum. Hati kecil mereka tak kuasa untuk menolak kebenaran Islam. Sebagian mereka akhirnya mendapat petunjuk dan masuk Islam. Sebut saja misalnya Abu Sufyan dan istrinya Hindun. Sebagian yang lain tetap berada di atas kekufuran karena gengsi dan sombong..
Sejarah ini memberikan kepada kita pelajaran yang sangat berharga. Artinya, jika ingin tampilan Islam ini kembali kuat, indah dan disegani musuh, maka tidak ada jalan kecuali kembali kepada Islam sebagaimana yang pernah ditampilkan oleh Rasulullah SAW dan para sahabatnya.
Kembali kepada Islam yang murni dan terbebas dari penambahan dan pengurangan. Kita tidak pungkiri, Islam saat ini semakin carut marut karena banyak mengalami modifikasi, penambahan dan pengurangan. Islam yang akan berjaya bukan Islam yang sudah dimodifikasi, tapi Islam yang masih asli. Allah berfirman:
“Maka jika mereka beriman sebagaimana yang kalian (Rasulullah dan para sahabat) imani, sungguh mereka telah mendapat petunjuk…” (Al-Baqarah [2]: 137).
Imam Malik berkata: “Tidak akan baik urusan umat ini kecuali jika mengikuti pendahulunya (Rasulullah SAW, sahabat dan tabi’in)”. Wallahu a’lam bishawab.
*Ahmad Rifa’i/Suara Hidayatullah DESEMBER 2008 http://majalah.hidayatullah.com/?p=1665
Tidak ada komentar:
Posting Komentar