Mahasiswa Jurusan Pendidikan Fisika Universitas Pendidikan Indonesia
"...hakikat (aksiologi) ilmu yang seharusnya mendekatkan kita pada Sang Pencipta, Allah SWT justru membuat Peter Higgs enggan mengakui adanya Tuhan sebagai Yang Maha Segalanya. Stephen Hawking, salah satu fisikawan paling fenomenal sekarang, yang berhipotesis adanya Black Hole (Lubang Hitam) yang kecerdasannya kerap dikait-kaitkan dengan Albert Einstein pun berfaham agnostik. Bahkan banyak ilmuwan yang menyikapi penamaan Partikel Boson Higgs dengan Partikel Tuhan adalah sebuah “pengkerdilan” akan fenomena Partikel Boson Higgs, seakan-akan Partikel itu jauh memiliki kemampuan dalam menentukan penciptaan alam semesta dibandingkan Tuhan apalagi kalau berbicara jauh dan dikhawatirkan dengan penamaan tersebut adalah sebuah bentuk tajsim kita terhadap Allah, Na’udzubillah."
“Partikel Tuhan” ditemukan, banyak yang salah faham mungkin menginterpretasikan frase tersebut termasuk saya yang menganggapnya merupakan sebuah bentuk arogansi manusia dalam “berburu” setiap hal termasuk Dzat (Partikel) Tuhan. Ada semacam keraguan yang besar kalau partikel tuhan memang benar-benar bisa ditemukan, maklum selama mengontrak mata kuliah Fisika Inti (Fisika Teori/Pemodelan Inti atom atau dalam istilah ilmiah disebut Nucleon dan dalam istilah yang lebih familiar dikenal dengan nuklir dan hal-hal yang berkaitan dengannya) pun penulis belum mendengar istilah ini, mungkin karena memang pada waktu itu Partikel Tuhan masih sebatas hipotesis (belum teruji keabsahannya). Namun ternyata istilah tersebut merupakan penamaan untuk partikel Boson Higgs (selanjutnya disebut Partikel Higgs), partikel yang dianggap merupakan partikel fundamental yang punya peran besar dalam pembentukan alam semesta sehingga penemuan ini dianggap begitu penting serupa penemuan Nicolas Copernicus bahwa bumi bulat atau penemuan Benua Amerika oleh Cristopher Colombus sehingga dunia heboh dibuatnya. Ada beberapa kehebohan terkait dengan Partikel Boson Higgs.
Kehebohan Pertama Partikel Boson Higgs
Kehebohan pertama berawal dari Leon M. Lederman, peraih Nobel Fisika 1988 yang bersama grup eksperimennya membuat buku tentang partikel Higgs dengan judul The God Particle: If the Universe is the Answer, What is the Question?. Semula mereka memberi julukan untuk partikel tersebut dengan The Goddamn Particle (Partikel Terkutuk) dikarenakan 1 partikel tersebut begitu penting bagi ilmu fisika namun begitu sulit dipahami sehingga telah menyebabkan begitu banyak pertanyaan dan kebingungan di bidang fisika. Namun Penerbit yang menerbitkan buku tersebut pada tahun 1993 tidak menghendakinya dan merubah judul buku menjadi judul yang sekarang.
Penemuan Partikel Higgs dianggap akan melengkapi Model Standar Fisika Partikel (MSFP). Dalam MSFP ada dua golongan partikel dasar, yaitu fermion (diambil dari nama Enrico Fermi, fisikawan Italia) dan boson (Satyendra Nath Bose, Fisikawan India zaman penjajahan Inggris yang karyanya ditolak oleh Pemerintah Inggris namun diterima dan disempurnakan oleh Einstein sehingga karyanya terkenal dengan nama Statistik Bose-Einstein).
Fermion terdiri dari 6 jenis quark dan 6 jenis lepton. Sedangkan boson terdiri dari partikel elementer yang memiliki sejumlah gaya, seperti gaya elektromagnetik (foton/cahaya), gaya nuklir kuat (gluon), dan gaya nuklir lemah (boson W dan Z).
Atom sendiri terdiri dari partikel subatom proton, elektron, dan neutron. Secara simpelnya Fermion adalah pembentuk materi (zat) dan boson adalah pembentuk gaya/ikatan atau ketika dianalogikan partikel sub atom di atas punya hubungan nasab, contohnya ketika 3 quark bersatu dengan diikat oleh gluon maka terbentuklah proton (muatan positif penyusun atom). Nasib neutron (muatan netral) pun serupa dengan proton yang merupakan gabungan dari beberapa quark , sedangkan elektron adalah salah satu jenis dari lepton.
Laboratorium Fermilab di Amerika Serikat yang bertahun-tahun mencari Boson Higgs menjelaskan, tanpa adanya Boson Higgs, maka quarks tidak akan terkombinasi membentuk proton atau neutron. Kemudian, proton dan neutron pun tidak akan terkombinasi dengan elektron untuk membentuk atom. Tanpa atom, maka molekul dan materi baik Fermion maupun Boson pun tidak akan terbentuk dan kesimpulan akhirnya tanpa Partikel Higgs, alam semesta termasuk kita tidak akan terbentuk.
Kehebohan Kedua Partikel Boson Higgs
Jauh-jauh hari sebelum Partikel Boson Higgs ditemukan, CERN (Pusat Riset Nuklir Eropa, Nuklir;bukan Nuklir yang identik dengan senjata nuklir) dengan dua tim independennya: ATLAS dan CMS melakukan eksperimen fisika energi tinggi terbesar, terrumit, dan termahal di muka bumi di Large Hadron Collider (LHC), semacam ruangan raksasa yang digunakan untuk menabrakkan hadron (semua partikel yang dibuat dari quark, seperti Proton dan Neutron). LHC melingkar sepanjang 27 km di terowogan bawah tanah (di bawah teritorial Negara Swiss dan perancis) berdiameter 4 meter pada kedalaman 50-175 meter di bawah tanah. Di sana, hadron dipercepat hingga mendekati kecepatan cahaya (Dalam satu detik, proton tersebut bergerak mendekati 30juta meter) , lalu ditumbukkan dari arah berlawanan dengan energi super-tinggi. Quark-quark dan gluon-gluon di dalam proton bertabrakan dan meledak dengan energi yang cukup untuk memunculkan partikel Higgs yang memiliki 100-200 kali massa proton.
Untuk eksperimen super “mewah” tersebut dikeluarkan dana sebesar RP 10 Triliun setiap tahunnya yang berasal dari konsorsium sejumlah Negara, diantaranya Amerika Serikat, Jepang, dan Cina, Israel, Iran, Tunisia, bahkan Thailand dan Vietnam. Karena biayanya yang sangat besar membuat banyak pihak menyayangkan penelitian ini apalagi yang dicaripun (partikel Higgs) belum tentu benar-benar ada, kalaupun ada sangat sulit dilacak keberadaanya karena partikel Higgs hanya akan bertahan kurang dari satu per satu triliun triliun detik sebelum meluruh menjadi semburan berbagai macam partikel lain dan bukti keberadaannya hanya ini akan terdeteksi dari jejak-jejak spiral dan garis-garis lintasan partikel yang ditimbulkan partikel-partikel tersebut saat melewati detektor LHC sehingga banyak pihak menganggap proyek pencarian Partikel Boson Higgs adalah sebuah kesia-siaan belaka.
Kehebohan ketiga Partikel Boson Higgs
Partikel Higgs yang dipercaya berperan penting memberi massa partikel-partikel lain semiliar detik pertama seusai dentuman besar (Big Bang, teori yang sekarang diterima terkait proses pembentukan alam semesta). Dan, terbentuklah benda-benda langit, termasuk galaksi yang dikenal saat ini bermula dari mekanisme Higgs, yang diusulkan oleh Peter Higgs. Berdasarkan teori Big Bang, setelah terjadi dentuman besar, maka semesta yang sangat panas terisi oleh hamparan partikel. Boson Higgs disebut berperan untuk mengisi atau memberi massa untuk sejumlah partikel dasar, hingga terbentuk menjadi materi. Berdasarkan teori yang dicetuskan Higgs, terdapat medan Higgs yang berinteraksi dengan partikel-partikel kecil, dan terus beraktivitas hingga membentuk atom atau bagian terkecil dari suatu materi.
Analogi sederhana dikemukakan oleh Professor David Miller dari University College London. Di sebuah ruangan terdapat kumpulan kerumunan orang yang sedang asik berbincang. Dalam analogi ini, ruangan itu adalah medan Higgs yang berisi sekumpulan partikel. Kemudian datang seorang selebriti terkenal. Kehadirannya sontak memiliki pengaruh dalam interaksi di ruangan itu. Selebriti itu kemudian makin dipadati kerumunan. Dalam analogi ini, tiap individu dalam kerumunan itu berlaku seperti Partikel Higgs yang memberi massa terhadap suatu partikel/selebriti. Semakin kuat interaksi yang dilakukan, maka massa akan semakin berat mengerumuni selebriti itu. Ini berarti interaksi boson makin kuat, dan ini pula yang kemudian mendorong terbentuknya suatu materi.
Mekanisme Higgs diusulkan oleh Peter Higgs, Fisikawan Inggris yang oleh dunia fisikawan dikenal “gagap” saat beraksi di laboratorium, jarang sukses saat melakukan penelitian, dan sebagainya. Mekanisme Higgs yang ia usulkan ke journal Physics Letter, sebuah jurnal akademis yang diedit CERN pun ditolak. Beruntung waktu itu karyanya diterima oleh US Journal Physical Review Letter setahun kemudian dan argumennya diperkuat oleh dua fisikawan Belgia, Robert Brout dan Francois Englert.
Namun 48 tahun kemudian, CERN yang pernah menolak karya seorang yang mengaku ateis justru membuktikannya. Peter Higgs yang sekarang masih hidup pun terlihat begitu sumringah saat ATLAS dan CMS mengumumkan hasil risetnya pada 4 Juli 2012 (lebih tepatnya pemaparan hasil penelitian tahun 2011 yang menemukan sinyal adanya partikel boson baru yang diduga Partikel Boson Higgs dengan akurasi 5 sigma, sekitar 95% diyakini kebenarannya). Dia seperti ingin berteriak, “eureka” layaknya Archimides dulu. Peter Higgs pun saat itu mengemukakan pendapat bahwa nama Partikel Tuhan jauh dari kehendaknya yang seorang atheis (lebih tepatnya mungkin agnostik, percaya ada kekuatan besar selain manusia namun enggan/segan mewujudkan kekuatan itu dalam sosok Tuhan).
Kehebohan ketiga Partikel Boson Higgs
Dari sekian banyak ilmuwan yang tergabung dalam tim ATLAS dan CMS yang mengklaim sudah menemukan partikel Tuhan, ternyata salah satunya adalah Imuwan Indonesia. Suharyo Sumowidagdo adalah satu-satunya peneliti Indonesia yang berhak ikut mengklaim penemuan Partikel Boson Higgs, dia bekerja sebagai staf peneliti di Departemen Fisika dan Astronomi, Universitas California Riverside. Oleh universitas itu, ia diutus berkolaborasi dengan tim independen CERN untuk menemukan partikel Higgs
Kehebohan ke empat Partikel Boson Higgs
Kehebohan selanjutnya mungkin akan terjawab saat Komite Nobel mengumumkan siapa yang berhak meraih penghargaan Nobel atas penemuan spektakuler ini. Biasanya, pemegang nobel ilmiah diberikan maksimum untuk tiga orang. Khususnya yang berkontribusi terbesar. Aturan ini memang kuno, didasarkan dari penelitian waktu dulu yang kebanyakan dilakukan oleh individu atau sekelompok kecil orang.
Padahal, tempat pembuktian keberadaan partikel tuhan, yaitu CERN, memiliki ribuan ilmuwan. Belum lagi Teori Higgs sendiri dikembangkan oleh tiga kajian. Pertama tentunya adalah Peter Higgs, lalu tahap kedua ada dua ilmuwan Belgia, Robert Brout dan Francois Englert. Terakhir adalah sebuah kelompok ilmuwan dari Amerika Serikat dan Inggris. Tiga tim itu bekerja secara terpisah. Jadi sekarang ada lima orang pengembang teori yang masih hidup. Mereka bisa saja mengklaim hadiah nobel. Begitu pula CERN, institusi tempat penemuan Higgs-Boson.
Terlepas dari semua kehebohan di atas, sudah sepatutnya kita lebih bijak dan hati-hati dalam menyikapi perkembangan ilmu pengetahuan yang begitu pesat. Teori atom sendiri semula hanya ada pada ranah filsafat lalu Dalton mencoba meng”ilmiah”kan atom yang kemudian terus dikoreksi oleh Thompson, Rutherford, dan Bohr hingga kemudian ditemukan Proton, Elektron, Neutron, ramalan partikel sub atom oleh einstein, penemuan quark dan terakhir partikel Boson Higgs. Kita harus sigap dalam mengikuti setiap perkembangan ilmu namun juga tidak “latah” dan terbawa arus yang mungkin malah menjerumuskan.
Betapa tidak, hakikat (aksiologi) ilmu yang seharusnya mendekatkan kita pada Sang Pencipta, Allah SWT justru membuat Peter Higgs enggan mengakui adanya Tuhan sebagai Yang Maha Segalanya. Stephen Hawking, salah satu fisikawan paling fenomenal sekarang, yang berhipotesis adanya Black Hole (Lubang Hitam) yang kecerdasannya kerap dikait-kaitkan dengan Albert Einstein pun berfaham agnostik. Bahkan banyak ilmuwan yang menyikapi penamaan Partikel Boson Higgs dengan Partikel Tuhan adalah sebuah “pengkerdilan” akan fenomena Partikel Boson Higgs, seakan-akan Partikel itu jauh memiliki kemampuan dalam menentukan penciptaan alam semesta dibandingkan Tuhan apalagi kalau berbicara jauh dan dikhawatirkan dengan penamaan tersebut adalah sebuah bentuk tajsim kita terhadap Allah, Na’udzubillah.
Allah lah yang menciptakan semuanya sedemikian rupa, sedemikian rapi demi kemaslahatan makhluknya, ilmu kita hanya sebagai bekal untuk kita dalam menjaga iman kita bahwa kita adalah makhluk yang lemah, yang tak punya kuasa apa-apa dan Allah lah yang telah mengatur semuanya
Ada kutipan menarik dari Christoph Rembser, Seorang peneliti di European Laboratory for Particle Physics di Jenewa, Swiss tentang Partikel Tuhan,
“Hanya sekarang tinggal menunggu apakah alam merestui kami. Alam bagi saya adalah perwakilan Tuhan, segala partikel yang ada di alam raya ini adalah partikel milik Tuhan. Datang dari Tuhan dan kembali juga ke Tuhan."
Wallahu A’lam Bis Showab
sumber : http://buntetpesantren.org/index.php?option=com_content&view=article&id=1517:heboh-partikel-tuhan&catid=16:opini&Itemid=40
Tidak ada komentar:
Posting Komentar