www.nu.or.id. |
Wafatnya Abah Anom bertepatan dengan Hari Jadi Pontren Suryalaya yang ke 106. Pontren yang sudah dikenal ke mancanegara ini didirikan pada tanggal 5 September tahun 1905 oleh Ayahanda Abah, Syekh Abdullah Mubarok bin Nur Muhammad atau Abah Sepuh. Abah Sepuh wafat pada 25 Januari 1956, dalam usia 120 tahun.
Ulama yang dikenal sebagai tokoh penganut aliran Thariqat Qadiriyyah Naqsabandiyah (TQN) meninggalkan 10 anak dan puluhan cucu serta cicit.
Kabar wafatnya Abah sangat mengejutkan para pengikutnya. Senin (5/9) pagi sekitar pukul 09.00, almarhum masih menerima tamu dalam rangka silaturahmi Lebaran di kediamannya di Pondok Pesantren Suryalaya, Kecamatan Pagerageung, Kabupaten Tasikmalaya. Tak lama kemudian, Abah yang memang sudah uzur terlihat kecapaian.
"Pihak keluarga sempat terkejut dan sekitar pukul 10.00, Abah dilarikan ke RS TMC Kota Tasikmalaya," kata juru bicara Pontren Suryalaya, KH Zaenal Abidin, kepada wartawan, di sela penerimaan para pelayat yang datang dari berbagai daerah, termasuk pejabat.
Tak lama setibanya di rumah sakit, Abah yang dalam kondisi sudah tak sadarkan diri akhirnya menghembuskan nafas terakhirnya sekitar pukul 11.55. Kabar wafatnya Abah langsung disebar ke pihak keluarga dan perwakilan di berbagai daerah termasuk luar negeri.
"Tim dokter sempat menangani. Namun Allah sudah menentukan Abah wafat sekitar pukul 11.55," tutur KH Zaenal dengan mata berkaca-kaca.
"Tidak ada firasat apa-apa dari Abah. Seperti biasa ia menerima tamu dan pada suasana Lebaran, tamu lebih banyak dan Abah selalu mendoakan kepada tamu yang datang. Tak lama ia seperti kecapaian dan nafasnya terlihat agak sesak," tutur KH Zaenal. Hanya saja, imbuhnya, beberapa hari sebelumnya, Abah sempat meminta agar santri berdoa untuk Abah Sepuh seperti melakukan tahlilan. "Mungkin itu firasatnya," ujarnya.
Menurut KH Zaenal, Abah akan dimakamkan Selasa (6/9) ini di pemakaman komplek Pontren Suryalaya. Bersebelahan dengan makam ayahanda almarhum Syekh Abdullah Mubarok. Lokasi makam berada di atas komplek pontren, berupa perbukitan yang rindang dan sejuk.
Puluhan ribu jemaah silih berganti melayat ke rumah duka. Selain berasal dari lingkungan sekitar pontren juga mulai berdatangan dari berbagai daerah. Jenazah Abah yang disemayamkan di ruang tamu dengan mudah bisa dilihat para pelayat. Silih berganti mereka melaksanakan solat jenazah.
Abah Anon juga dikenal sebagai pendiri Inabah. Yakni wadah kegiatan untuk mengobati para korban kecanduan narkotika. Inabah yang juga merupakan nama pesantren telah menyebar ke berbagai daerah di sekitar Pagerageung maupun di luar kecamatan. Pasien yang diobati tidak hanya warga Indonesia tapi juga Asia Tenggara.
Aliran TQN yang berpusat dan bersumber di Pontren Suryalaya sendiri kini sudah menyebar ke seantero dunia, terutama di kawasan Asia Tenggara. Abah Anon selama berpuluh tahun menjadi tokoh sentral TQN setelah ayahanda pendiri TQN, Syekh Abdullah Mubarok wafat.
Beberapa waktu sebelum wafat, Abah Anom sempat berwasiat kepada keluarga terdekat termasuk para pengelola pontren agar mereka meneruskan membesarkan pontren. Karena Abah memandang, Pontren Suryalaya bukan potren milik keluarga tapi sudah menjadi warisan umat.
"Sebelumnya Abah memang sempat berwasiat seperti itu. Kami yang ditinggalkannya diberi wasiat agar terus mengembangkan pontren demi syiar Islam. Pontren Suryalaya kata Abah bukan pontren keluarga tapi sudah menjadi warisan umat,"kataKH Zaenal Abidin.
Sepeninggalnya Abah, lanjut KH Zaenal, wasiat tersebut akan terasa bermakna. Betapa Abah memposisikan Pontren Suryalaya yang tidak sempit tapi secara luas menyebutkan sebagai pontren warisan umat. Dalam arti pontren harus terus dikembangkan demi kemaslahatan umat.
Kebijakan Abah seperti itu sudah terlihat sejak Abah masih muda. Abah selalu memposisikan pontren sebagai pendamping umat. Pada tahun 50-an, Abah membantu swasembada pangan serta sempat mengatasi krisis kekeringan dengan membuat sejumlah kincir air untuk irigasi. Hal itu dilakukan Abah, karena sebagai ahli tasawuf, Abah benar-benar menyadari akan pentingnya hubungan antar umat maupun umaro.
Di bawah kepemimpinan Abah pula, Pontren Suryalaya, terus mengembangkan pendidikan, tidak hanya berbasis pesantren tapi juga ilmu umum. Di pontren itu kini berdiri MTs, MA dan bahkan Institut Agama Islam Latifah Mubarokiyah (IAILM) yang tidak hanya membidangi ilmu agama tapi juga teknologi.
Para pengikut Abah, selain tersebar di seluruh wilayah tanah air, juga di Malaysia, Singapura serta benua Afrika, Eropa dan Amerika. (*)
sumber : http://jabar.tribunnews.com/read/artikel/71961/Wafat-di-Hari-Jadi-Pondok-Pesantren-ke-106
"Pihak keluarga sempat terkejut dan sekitar pukul 10.00, Abah dilarikan ke RS TMC Kota Tasikmalaya," kata juru bicara Pontren Suryalaya, KH Zaenal Abidin, kepada wartawan, di sela penerimaan para pelayat yang datang dari berbagai daerah, termasuk pejabat.
Tak lama setibanya di rumah sakit, Abah yang dalam kondisi sudah tak sadarkan diri akhirnya menghembuskan nafas terakhirnya sekitar pukul 11.55. Kabar wafatnya Abah langsung disebar ke pihak keluarga dan perwakilan di berbagai daerah termasuk luar negeri.
"Tim dokter sempat menangani. Namun Allah sudah menentukan Abah wafat sekitar pukul 11.55," tutur KH Zaenal dengan mata berkaca-kaca.
"Tidak ada firasat apa-apa dari Abah. Seperti biasa ia menerima tamu dan pada suasana Lebaran, tamu lebih banyak dan Abah selalu mendoakan kepada tamu yang datang. Tak lama ia seperti kecapaian dan nafasnya terlihat agak sesak," tutur KH Zaenal. Hanya saja, imbuhnya, beberapa hari sebelumnya, Abah sempat meminta agar santri berdoa untuk Abah Sepuh seperti melakukan tahlilan. "Mungkin itu firasatnya," ujarnya.
Menurut KH Zaenal, Abah akan dimakamkan Selasa (6/9) ini di pemakaman komplek Pontren Suryalaya. Bersebelahan dengan makam ayahanda almarhum Syekh Abdullah Mubarok. Lokasi makam berada di atas komplek pontren, berupa perbukitan yang rindang dan sejuk.
Puluhan ribu jemaah silih berganti melayat ke rumah duka. Selain berasal dari lingkungan sekitar pontren juga mulai berdatangan dari berbagai daerah. Jenazah Abah yang disemayamkan di ruang tamu dengan mudah bisa dilihat para pelayat. Silih berganti mereka melaksanakan solat jenazah.
Abah Anon juga dikenal sebagai pendiri Inabah. Yakni wadah kegiatan untuk mengobati para korban kecanduan narkotika. Inabah yang juga merupakan nama pesantren telah menyebar ke berbagai daerah di sekitar Pagerageung maupun di luar kecamatan. Pasien yang diobati tidak hanya warga Indonesia tapi juga Asia Tenggara.
Aliran TQN yang berpusat dan bersumber di Pontren Suryalaya sendiri kini sudah menyebar ke seantero dunia, terutama di kawasan Asia Tenggara. Abah Anon selama berpuluh tahun menjadi tokoh sentral TQN setelah ayahanda pendiri TQN, Syekh Abdullah Mubarok wafat.
Beberapa waktu sebelum wafat, Abah Anom sempat berwasiat kepada keluarga terdekat termasuk para pengelola pontren agar mereka meneruskan membesarkan pontren. Karena Abah memandang, Pontren Suryalaya bukan potren milik keluarga tapi sudah menjadi warisan umat.
"Sebelumnya Abah memang sempat berwasiat seperti itu. Kami yang ditinggalkannya diberi wasiat agar terus mengembangkan pontren demi syiar Islam. Pontren Suryalaya kata Abah bukan pontren keluarga tapi sudah menjadi warisan umat,"kataKH Zaenal Abidin.
Sepeninggalnya Abah, lanjut KH Zaenal, wasiat tersebut akan terasa bermakna. Betapa Abah memposisikan Pontren Suryalaya yang tidak sempit tapi secara luas menyebutkan sebagai pontren warisan umat. Dalam arti pontren harus terus dikembangkan demi kemaslahatan umat.
Kebijakan Abah seperti itu sudah terlihat sejak Abah masih muda. Abah selalu memposisikan pontren sebagai pendamping umat. Pada tahun 50-an, Abah membantu swasembada pangan serta sempat mengatasi krisis kekeringan dengan membuat sejumlah kincir air untuk irigasi. Hal itu dilakukan Abah, karena sebagai ahli tasawuf, Abah benar-benar menyadari akan pentingnya hubungan antar umat maupun umaro.
Di bawah kepemimpinan Abah pula, Pontren Suryalaya, terus mengembangkan pendidikan, tidak hanya berbasis pesantren tapi juga ilmu umum. Di pontren itu kini berdiri MTs, MA dan bahkan Institut Agama Islam Latifah Mubarokiyah (IAILM) yang tidak hanya membidangi ilmu agama tapi juga teknologi.
Para pengikut Abah, selain tersebar di seluruh wilayah tanah air, juga di Malaysia, Singapura serta benua Afrika, Eropa dan Amerika. (*)
sumber : http://jabar.tribunnews.com/read/artikel/71961/Wafat-di-Hari-Jadi-Pondok-Pesantren-ke-106
Tidak ada komentar:
Posting Komentar