Assalamualaikum Wr. Wb

Rabu, 07 September 2011

Mencari Sosok Pengganti Abah Anom

TRIBUN JABAR/FIRMAN SURYAMAN
PENGANTAR MENANGIS – Ribuan jemaah menangis dan berupaya menggapai keranda jenazah Abah Anom saat akan menuju pemakaman, Selasa (6/9).


WAFATNYA pimpinan Pontren Suryalaya, KH Ahmad Shohibul Wafa Tajul Arifin atau yang akrab dipanggil Abah Anom, Senin (5/9) sekitar pukul 11.55, menyentak umat terutama jemaah Thariqat Qadiriyyah Naqsabandiyah (TQN), sebuah aliran tasawuf yang dianut dan dikembangkan Pontren Suryalaya.

Abah Anom meninggal pada usia 96 tahun, bertepatan dengan Hari Jadi Pontren Suryalaya ke 106 sekaligus juga hari wafatnya ayahanda Syehk Abdullah Mubarokiyah atau Abah Sepuh yang juga jatuh pada tanggal 5 September. Ribuan jemaah tumplek di pontren untuk melayat dan mendoakan ulama yang selama berpuluh tahun menjadi panutan mereka.

Pada saat pemakaman dilaksanakan Selasa (6/9), jemaah yang datang jauh lebih banyak lagi. Tidak hanya dari Jabar tapi juga dari Jateng, Jatim luar Pulai Jawa bahkan dari negara jiran Malaysia. Mereka menyempatkan hadir pada acara pemakaman Abah, kendati tak bisa secara langsung untuk menjaga kehidmatan prosesi pemakaman.

"Kami berdua datang ke mari (Pontren Suryalaya, Red) ingin melihat langsung pemakaman Abah," ungkap H Muhammad Marzuki Assuza, pimpinan Inabah di Kedah, sekitar 450 kilometer dari Kuala Lumpur, Malaysia. Didampingi Hj Sebayah, istrinya. Inabah tersebut kini sudah mencetak sekitar 5.000 santri.

Posisi Abah Anom selaku pimpinan Pontren Suryalaya selama berpuluh tahun, memang tak pelak menjadikannya sebagai tokoh sentral aliran tasawuf TQN yang memiliki ratusan ribu bahkan jutaan pengikut di tanah air dan di luar negeri.

Selama itu pula Abah menjadi tokoh panutan para pengikutnya. Di mata mereka, sosok Abah tak hanya sebagai ulama tapi sekaligus orang tua yang pantas dimintai berbagai pendapat terkait berbagai masalah termasuk masalah kehidupan seharihari. Dengan sangat terbuka dan bijak, Abah lantas memberikan wejangan.

Lantas, siapa kira-kira sosok yang akan menggantikan Abah sepeninggalnya? Sebab, boleh jadi, pertanyaan itu kini terpendam dalam hati ratusan ribu atau bahkan jutaan jemaah TQN yang selama ini mengikutinya.

"Jangan dulu berbicara siapa sosok pengganti Abah. Belum saatnya. Yang penting sekarang yang harus dilihat adalah pola regenerasi yang dilakukan Abah sudah baik. Termasuk sistem pengelolaan pontren yang juga sudah baik," ungkap Wakil Gubernur Jabar, Dede Yusuf, seusai berziarah ke makam Abah, Selasa (6/9).

Pola regenerasi yang dilakukan Abah, lanjut Dede, persis seperti yang terjadi pada zaman Rosulullah SAW dulu. Ketika Rosul wafat, terdapat empat sahabat yang pantas duduk sebagai pemimpin. Tapi mereka tidak membicarakannya. "Para sahabat lebih mementingkan dulu kebersamaan demi perkembangan agama saat itu," ujarnya.

Hal senada dilontarkan Purek III Bidang Kemahasiswaan, Insitut Agama Islam Latifah Mubarokiah, Pontren Suryalaya, Rahmat Efendi. Menurutnya, saat ini ada empat ulama yang selalu membantu Abah dalam mengelola pontren. Mereka adalah KH Zaenal Abidin (keponakan), KH Ahmad Jihad Arifin (putra Abah), KH Nur Anom (adik Abah) serta KH Aa Zulkarnaen (putra Abah).

"Keempat ulama ini menjadi tulang punggung pengelolaan pontren, termasuk cabang-cabang di berbagai daerah. Mereka seiring-sejalan mengelola. Satu sama lain saling mengisi. Mereka selalu harmonis bagai air mengalir demi kemajuan pontren," kata Rahmat.

Namun begitu, lanjut Rahmat, seiring dengan berjalannya waktu, akan muncul sendiri siapa sosok yang akan menjadi pimpinan. "Saya tidak berwenang memberikan pandangan lebih spesifik. Tapi jika berbicara masalah pimpinan, tidak akan jauh dari keempat ulama yang selama ini membantu Abah," ujarnya.

KH Zaenal Abidin yang dimintai komentarnya, menyatakan, masih terlalu dini membicarakan soal itu. Namun ia mengakui selama ini, pengelolaan pontren diserahkan kepada empat ulama termasuk dirinya. "Kami sudah memiliki tugas masing-masing, sesuai dengan yang telah ditentukan Abah. Tapi tidak jarang juga saling mengisi," jelasnya. (*)

Sumber : http://jabar.tribunnews.com/read/artikel/72951/Mencari-Sosok-Pengganti-Abah-Anom

Tidak ada komentar:

Posting Komentar